Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Proses pengolahan air limbah nuklir Fukushima Jepang dengan risiko serendah mungkin baru akan terlihat di musim gugur sekitar Oktober 2022.
Di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, air yang diolah yang mengandung zat radioaktif seperti tritium yang tersisa setelah pendinginan bahan bakar nuklir yang meleleh dalam kecelakaan itu diperkirakan akan diproses kembali setelah musim gugur ini.
Menurut kebijakan nasional, Tepco (perusahaan pembangkit listrik Tokyo) ingin mencairkannya ke konsentrasi di bawah standar, risiko serendah mungkin dan kemudian membuangnya ke laut sekitar musim semi berikutnya.
"Namun ada kekhawatiran tentang pelepasan air olahan dari dalam dan luar negeri, dan lokal serta pihak terkait lainnya," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (3/1/2022).
Tantangannya adalah untuk mendapatkan pemahaman. Di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi, "kehancuran" terjadi pada kecelakaan 2011, dan air masih dituangkan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir yang meleleh.
Sekitar 140 ton "air yang terkontaminasi" dihasilkan per hari. Zat radioaktif dikeluarkan dari air yang terkontaminasi menggunakan perangkat khusus.
Namun "air yang diolah" yang mengandung beberapa zat radioaktif seperti tritium, yang sulit dihilangkan, terus menumpuk dan disimpan dalam tangki besar di tempat.
Diharapkan penuh setelah musim gugur terproses sampai risiko terendah.
Untuk alasan ini, pemerintah nasional telah memutuskan untuk mencairkan air yang diolah agar mencapai di bawah standar bahaya, ke standar aman dan kemudian mengalirkannya ke laut pada musim semi 2023.
Tepco berencana untuk melepaskan sekitar 1 km dari pembangkit listrik tenaga nuklir lepas pantai sesuai dengan kebijakan ini.
Baca juga: Mengintip Aktivitas di PLTN Fukushima Jepang Pasca Ledakan 10 Tahun Lalu
Kemudian Tepco juga berharap untuk memulai pembangunan peralatan untuk pengenceran air olahan dengan air laut dan terowongan bawah laut sekitar bulan Juni, setelah rencana disetujui dan pemahaman dari masyarakat setempat dan pihak terkait telah diperoleh.
Di sisi lain, tidak jelas apakah pelepasan air yang diolah akan berjalan sesuai rencana, karena ada kekhawatiran yang mengakar tentang kerusakan rumor, terutama dari asosiasi nelayan lokal, dan Korea Selatan dan China juga meminta penarikan.
Pemahaman dari pemangku kepentingan dalam dan luar negeri, termasuk di atas, akan terus menjadi masalah bagi pembuangan air limbah nuklir ke laut.
Sedangkan badan tenaga atom internasional terus memonitor langkah-langkah tersebut.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.