TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita di Xi'an, China alami keguguran di luar rumah sakit setelah dirinya ditolak masuk karena tidak memiliki hasil tes Covid-19.
Video kejadian itu viral di media sosial dan membuat otoritas China bertindak.
Pada Kamis (6/1/2022), seperti dilansir AFP, otoritas China telah menghukum pihak yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
Saat ini, kota yang berpenduduk 13 juta jiwa itu tengah dalam lockdown ketat.
China menerapkan strategi "nol Covid", di mana pembatasan ketat dilakukan demi mencegah terjadinya penyebaran virus.
Pada 1 Januari 2022, keponakan dari wanita hamil tersebut membagikan apa yang terjadi pada bibinya di media sosial.
Baca juga: China Lockdown Kota Berpenduduk 1,2 Juta Setelah Temuan 3 Kasus Covid-19
Baca juga: China Hidupkan Matahari Buatan yang 5 Kali Lebih Panas dari Aslinya, Menyala Lebih dari 17 Menit
Ada foto dan video yang memperlihatkan seorang wanita hamil duduk di kursi plastik di luar rumah sakit.
Darah mengalir di kakinya.
Postingan tersebut sudah dihapus.
Tetapi postingan sempat viral dan membua netizen marah.
Netizen melampiaskan emosi mereka, mengeluhkan kesulitan yang dialami warga Xi'an di tengah lockdown.
Pemerintah kota mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa insiden di Rumah Sakit Xi'an Gaoxin telah menimbulkan kekhawatiran luas dan menyebabkan dampak sosial yang buruk.
Biro kesehatan setempat sedang menyelidiki kasus tersebut.
Manajer umum rumah sakit itu juga sudah diskors.
Orang-orang yang bertanggung jawab di departemen rawat jalan dicopot dari jabatan mereka, katanya.
Rumah sakit juga disuruh meminta maaf kepada publik.
Pernyataan yang diunggah di akun WeChat resmi pemerintah kota itu mendapat hampir 600 juta tampilan.
Menurut posting 1 Januari yang menjadi viral di platform Weibo, staf menolak untuk menangani wanita hamil 8 bulan itu karena dia tidak memiliki tes Covid negatif dalam 48 jam terakhir.
Keponakannya menulis bahwa hasil tes negatifnya telah kedaluwarsa hanya beberapa jam sebelumnya.
Kasus Lain Terjadi Sebelumnya
Masih mengutip AFP, pada hari Rabu (5/1/2022), para pejabat mengatakan kepada wartawan bahwa Xi'an membuka "jalur hijau" untuk menyediakan akses cepat ke layanan medis untuk kelompok-kelompok tertentu - seperti wanita hamil dan pasien dengan penyakit kritis - tanpa merujuk kasus tersebut.
Janji itu datang ketika wanita lain dari Xi'an mengatakan ayahnya meninggal pada hari Senin (3/1/2022) setelah beberapa rumah sakit menolak untuk merawat penyakit jantungnya "karena aturan terkait pandemi".
Baca juga: China Bantah Perluas Persenjataan Nuklir tapi Akui Sedang Modernisasi Senjata
Baca juga: AS Tuduh China Sedang Memperluas Persenjataan Nuklir dengan Cepat, Pejabat Senior Beijing Membantah
Dalam sebuah postingan di media sosial yang telah dilihat lebih dari 500 juta kali, wanita itu menceritakan dirinya sudah mengemudi selama lebih dari 8 jam untuk mencari rumah sakit.
Selama perjalanan, ayahnya terus mengeluh mengalami sakit dada yang parah.
Setelah sang ayah akhirnya mendapat rumah sakit, dokter mengatakan bahwa ayahnya terlambat mendapat penanganan.
Tidak jelas mengapa rumah sakit menolak menerima pria berusia 61 tahun itu.
Sebelum dua kasus ini, warga Xi'an beberapa kali mengeluhkan akses yang sulit untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan sehari-hari selama penguncian.
Pemerintah daerah telah berjanji untuk mengirimkan pasokan kepada mereka yang membutuhkannya tetapi mengakui beberapa masalah dengan logistik.
Covid-19 di China
Kasus virus corona di China masih sangat rendah menurut standar internasional.
Tetapi dalam beberapa pekan terakhir, infeksi telah mencapai level tertinggi yang tidak terlihat sejak Maret 2020.
Ada 189 kasus yang dilaporkan Kamis, termasuk 63 di Xi'an.
Mereka yang dianggap gagal mencegah wabah virus di China seringkali dipecat atau dihukum.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)