TRIBUNNEWS.COM - Milisi Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak (drone) di Uni Emirat Arab (UEA), Senin (17/1/2022).
Serangan ini meledakkan tiga tanki minyak dan menewaskan tiga orang.
Dilansir dari UPI, polisi Abu Dhabi mengatakan para korban korban tewas itu terdiri dari satu orang dari Pakistan dan dua dari India yang bekerja untuk perusahaan minyak ADNOC.
Juga dilaporkan, enam orang lainnya menderita luka ringan.
Pihak kepolisian menyebutkan, kebakaran yang terkait dengan serangan pesawat tak berawak juga dilaporkan di lokasi konstruksi dekat Bandara Internasional Abu Dhabi, sehingga sejumlah penerbangan dibatalkan dan ditunda.
Baca juga: Militan Houthi Yaman Sita Kapal UEA, Diduga Bawa Persediaan Militer
Baca juga: Kondisi WNI Sandera Kelompok Houthi di Yaman Aman, Pemerintah Tak Perlu Keluarkan Tebusan
Media pemerintah Arab Saudi melaporkan bahwa pemerintah Arab Saudi juga mengatakan telah menghancurkan delapan drone yang diluncurkan ke negara itu, dan terkait dengan serangan di Abu Dhabi.
Juru bicara militer Houthi Yahya Sare'e mengungkapkan dalam sebuah tweet bahwa milisi yang didukung Iran berada di belakang operasi militer khusus di kedalaman UEA.
Ia mengatakan akan memberikan rincian lebih lanjut.
Menteri informasi Houthi mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kelompok itu melakukan serangan untuk memberi pelajaran kepada UEA.
Serangan itu untuk “menghentikan keterlibatan UEA dan berpartisipasi dalam perang koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman,” katanya.
Baca juga: Koalisi Pimpinan Saudi Serang Kamp Militan Houthi di Ibu Kota Sanaa
Baca juga: PBB Jatuhkan Sanksi kepada 3 Militan Houthi atas Serangan Marib dan Arab Saudi
Uni Emirat Arab adalah bagian dari koalisi militer pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah Yaman melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Pemberontak Houthi berulang kali menargetkan Arab Saudi dengan serangan lintas batas.
Dilansir dari Al Jazeera, UEA berjanji akan membalas serangan Houthi ini.
Serangan kali ini adalah yang mematikan pertama di wilayahnya yang diakui UEA dan diklaim oleh pemberontak.