News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

KESAKSIAN Warga Tonga: Letusan Bikin Telinga Berdenging, Bahasa Isyarat Untuk Selamatkan Keluarga

Editor: hasanah samhudi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuplikan yang diambil dari rekaman satelit Himawari-8 Jepang dan dirilis oleh Institut Nasional Informasi dan Komunikasi (Jepang) pada 15 Januari 2022 menunjukkan letusan gunung berapi yang memicu tsunami di Tonga. - Letusannya begitu kuat hingga terdengar sebagai suara guntur yang keras di Fiji lebih dari 800 kilometer (500 mil) jauhnya. (Photo by Handout / NATIONAL INSTITUTE OF INFORMATION AND COMMUNICATIONS (JAPAN) / AFP)

TRIBUNNEWS.COM, NUKU'ALOFA – Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai begitu dahsyat sehingga menimbulkan suara yang sangat keras dan memekakkan telinga.

Warga di negara pulau kecil itu harus menggunakan bahasa isyarat untuk memberitahu keluarga yang disayangi berlari, menyelamatkan diri.

"Ledakan pertama... telinga kami berdenging dan kami bahkan tidak bisa mendengar satu sama lain,” ujar Marian Kupu, jurnalis lokal kepada Reuters.

Ini merupakan testimoni saksi mata pertama yang muncul ke public dari negara Pasifik Selatan.

“Jadi yang kami lakukan hanyalah menunjuk keluarga kami untuk bangun, bersiap-siap untuk lari," katanya.

Baca juga: Erupsi Gunung Berapi Tonga: Foto-foto Terbaru Perlihatkan Kerusakan akibat Tsunami

Baca juga: Letusan Gunung di Tonga Disebut Berkekuatan 500 Kali dari Bom Hiroshima

"Kami mengungsi dan kemudian kami sekeluarga kabur begitu saja dari kawasan Kolovai, karena Kolovai berada tepat di tepi pantai," kata Bu Kupu menjelaskan suasana kisruh di luar ibu kota Nuku'alofa, Sabtu (15/1/2022) malam.

Ledakan, yang telah menewaskan sedikitnya tiga orang, mengirimkan gelombang tsunami setinggi sekitar 15 meter yang menerjang pantai di satu pulau kecil dan merusak desa, resor, dan banyak bangunan lainnya.

Ledakan itu juga memutus komunikasi domestik dan luar negeri, memutuskan kabel internet bawah laut.

Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA mengatakan kekuatan letusan itu diperkirakan setara dengan 5-10 megaton TNT, atau lebih dari 500 kali lipat dari bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat di Kota Hiroshima, Jepang, pada akhir Perang Dunia II, Agustus 1945.

Lima hari kemudian, komunikasi hanya dipulihkan sebagian dan laporan saksi mata mulai bermunculan.

Baca juga: Pemerintah Tonga Keluarkan Pernyataan Resmi Pertama Terkait Letusan Gunung Api Bawah Laut

Baca juga: Dampak Tsunami Tonga, Pejabat: Kabel Bawah Laut Tonga Butuh Setidaknya 4 Minggu untuk Diperbaiki

Berdiri di pinggir jalan ibu kota, Kupu mengenakan masker dan syal putih untuk melindungi dirinya dari debu vulkanik yang masih menyelimuti Tonga dan telah mencemari persediaan air minum.

"Debu ada di atap, pohon, di mana-mana," katanya.

"Yang kita khawatirkan sekarang adalah air minum yang bersih. Sebagian besar air minum kita sudah tercemar debu vulkanik," ujarnya.

Ketika ditanya tentang persediaan makanan untuk sekitar 105.000 orang di Tonga, Kupu berkata: "Mungkin kita bisa bertahan selama beberapa minggu ke depa,n tapi saya tidak yakin dengan air."

Letusan gunung bawah laut ini membuat aliran listrik ke ibu kota dan tempat lain masih tidak stabil.

Baca juga: FOTO-FOTO Tonga setelah Erupsi & Tsunami, Pulau-pulau Diselumuti Abu, 2 Orang Dikonfirmasi Tewas

Baca juga: Material Erupsi Gunung Berapi Tonga Racuni Ekosistem Laut, Ilmuwan: Bisa Berlangsung Bertahun-tahun

“Listrik sudah menyala, tapi byar-pet. Ini karena banyak abu di trafo dan lampu jalan yang rusak. Ada yang padam sampai berjam-jam, ada yang sampai berhari-hari,” kata Kupu.

Di sekitar ibu kota dan di pulau-pulau terluar, orang-orang pada Kamis (20/1/2022) mengais-ngais  puing-puing dan debu ketika mereka mulai  membangun kembali dan menunggu bantuan asing tiba.

Kupu mengatakan beberapa desa di sisi barat Tonga terkena dampak yang sangat parah.

"Saya tidak mengatakan bahwa kami berharap lebih banyak lagi korban tewas, tapi saat kita bicara ini, pemerintah sedang mencoba untuk terbang ke pulau-pulau lain untuk memeriksa keadaan," katanya. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini