Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dr. Makio Wada, Kepala Klinik Penyakit Dalam Wada yang juga ahli penyakit menular,mengungkapkan saat ini tidak ada lagi influenza di Jepang.
Pasien panas tinggi langsung dianggap terkena corona.
"Saya tak menemukan lagi pasien influenza saat ini. Semua prokes dengan baik, pakai masker, disinfektan jaga jarak. Kalau pasien yang demam datang, langsung kami anggap terkena corona, karena kenyataan memang demikian saat ini sudah tersebar luas sekali corona di Jepang," papar Wada dalam acara sore ini (31/1/2022) di NTV.
Lalu bagaimana mengetahui kalau kita terkena corona?
"Yang pasti kalau demam tinggi itu umumnya sudah terkena corona. Lalu tenggorokan juga sangat sakit itu juga terkena corona, dan saat ini umumnya omicron sudah tersebar luas," jelasnya.
Bagaimana pengobatannya?
"Kalau bisa dideteksi segera positif corona dengan tes kit antigen bisa beli bebas di berbagai toko obat, coba saja rawat di rumah, minum obat yang ada, namun sebelumnya konsultasi dulu dengan dokter di puskesmas (hokenjo) atau klinik terdekat," paparnya lagi.
Untuk obat impor anti corona itu, tambahnya, memang belum diketahui mujarabnya saat ini. Tapi sementara untuk menahan agar tidak lebih parah mungkin bisa dipertimbangkan penggunaannya.
"Saat ini jauh lebih berat lebih sibuk ketimbang gelombang corona sebelumnya. Praktis dari pagi sampai sore malam penuh dengan pasien dan banyak yang akhirnya ditolak pula karena sudah melebihi kapasitas kami," tambahnya.
Lalu bagaimana menghindari agar tidak tertular?
"Ya jauhi pertemuan banyak orang, dan juga ruangan tertutup. Jaga jarak jauh-jauh. Kalau tempat terbuka seperti di taman resiko lebih rendah, apalagi sedikit orang."
Aliran udara yang baik dan tidak kering, kelembaban diatur kalau bisa sekitar 50%, maka akan mengurangi resiko terinfeksi corona pula.
Diskusi mengenai corona di Jepang dilakukan para pecinta Jepang. Silakan kirimkan email ke: info@tribun.in bagi yang berkeinginan bergabung.