News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Guru Besar UI: Potensi Konflik Bersenjata di Ukraina Harus Dihindari, Peran DK PBB Dipertanyakan

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel militer AS dari negara-negara Sekutu yang dikerahkan ke Rumania mengambil bagian dalam upacara selama kunjungan Sekjen NATO dan Presiden Rumania di Pangkalan Militer Mihail Kogalniceanu pada 11 Februari 2022 di Mihail Kogalniceanu, Rumania. Kepala NATO Jens Stoltenberg memperingatkan pada 11 Februari 2022 tentang risiko nyata untuk konflik bersenjata baru di Eropa karena aliansi dan Rusia meningkatkan kehadiran pasukan mereka di sekitar Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir ketegangan di Ukraina terus memuncak.

Sejumlah pengamat bahkan penasihat keamanan memprediksi konflik bersenjata akan segera pecah. 

Untuk itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana mengatakan upaya diplomasi harus terus diupayakan agar bisa dihindari konflik bersenjata.

"Upaya diplomasi terus diupayakan agar bisa dihindari konflik bersenjata antar sejumlah negara," ujar Rektor Universitas Jenderal A. Yani ini kepada Tribunnews.com, Jakarta, Selasa (15/2/2022).

Sayangnya dalam situasi seperti ini peran Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya Dewan Keamanan, tidak sentral. 

Hikmahanto Juwana (dok pribadi)

Menurut dia, Dewan Keamanan PBB seharusnya dapat dioptimalkan perannya yang intinya membuka dialog atau diplomasi antar negara yang memilki kepentingan dan berpotensi berhadap-hadapan saat konflik bersenjata pecah. 

Baca juga: Perjalanan Krisis Ukraina-Rusia, Konflik Berjalan 2 Bulan, Moskow Bantah Rencana Invasi

Di samping itu masyarakat Ukraina dan Rusia perlu diberi kesempatan untuk mengungkap aspirasi mereka sehingga tidak ter-reduksi dengan apa yang diinginkan oleh para politisi dan pengambil kebijakan semata. 

Terakhir, bila perlu ada pemimpin negara ketiga yang tidak terafiliasi ke Rusia, Amerika Serikat, Ukraina ataupun NATO yang mau menjadi mediator sehingga terhindar salah tafsir ucapan atau tindakan dari pemimpin yang satu terhadap pemimpin yang lainnya. 

"Konflik bersenjata harus dihindari mengingat konsekuensi bila meletus bisa sangat luar biasa terhadap eksistensi dunia," ucapnya.

"Dunia harus menganggap ketegangan Ukraina sebagai ancaman besar terhadap perdamaian internasional," pungkasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini