TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Inggris mengumumkan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona (Covid-19) tidak akan diwajibkan secara hukum untuk menjalani isolasi diri mulai minggu depan.
Hal tersebut merupakan bagian dari rencana untuk "hidup dengan Covid-19" yang dibarengi dengan pegurangan jumlah tes.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan, mengakhiri semua pembatasan hukum yang dilakukan untuk mengekang penyebaran virus akan membuat orang-orang di Inggris dapat melindungi diri sendiri tanpa membatasi kebebasan.
Johnson diperkirakan akan memaparkan rincian rencana tersebut di Parlemen pada hari Senin.
"Saya tidak mengatakan bahwa kita harus berhati-hati, tetapi sekarang adalah saatnya bagi semua orang untuk mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka," kata Johnson, Minggu (20/2/2022).
"Kami telah mencapai tahap di mana kami pikir Anda dapat mengalihkan keseimbangan dari mandat negara, dari melarang tindakan tertentu, memaksa tindakan tertentu, demi mendorong tanggung jawab pribadi."
Baca juga: Pamor Metaverse di Inggris Melonjak, Klaim Asuransi Pun Turut Meningkat
Baca juga: Update Covid-19 Global 21 Februari 2022: Total Infeksi Capai 424,7 Juta, Kasus Baru 1.596.816
Rencana baru memperkirakan vaksin dan perawatan menjaga virus tetap terkendali, meskipun pemerintah mengatakan sistem pengawasan dan tindakan darurat tetap akan dipertahankan jika diperlukan.
"Covid tidak akan tiba-tiba hilang, dan kita perlu belajar untuk hidup dengan virus ini dan terus melindungi diri kita sendiri tanpa membatasi kebebasan kita," kata Johnson seperti dikutip AP News.
Pengumuman itu akan menyenangkan banyak anggota parlemen Partai Konservatif, yang berpendapat bahwa pembatasan Covid-19 tidak efisien dan tidak proporsional.
Itu juga dapat menopang posisi Johnson di antara anggota parlemen partai, yang telah mempertimbangkan upaya untuk menggulingkannya atas skandalnya.
Akan tetapi beberapa penasihat ilmiah pemerintah mengatakan itu adalah langkah berisiko yang dapat membawa lonjakan infeksi dan melemahkan pertahanan negara terhadap jenis virus yang lebih ganas di masa depan.
Wes Streeting, juru bicara kesehatan untuk oposisi utama Partai Buruh, menuduh Johnson menyatakan kemenangan sebelum perang usai.
Sementara para ilmuwan menekankan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang Covid-19, dan varian baru di masa depan yang mungkin lebih parah daripada jenis Omicron yang dominan saat ini.
Para ilmuwan juga memperingatkan agar tidak membatalkan rapid test gratis, yang telah didistribusikan kepada jutaan orang selama pandemi.