Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia merusak upaya perdamaian dan mengesampingkan pembuatan konsesi teritorial.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam pidato untuk negaranya pada Selasa dini hari waktu setempat.
Ini merupakan bentuk pernyataan sikapnya setelah mengetahui keputusan Rusia yang secara resmi mengakui kedaulatan dua wilayah Ukraina timur yang memproklamirkan diri 'telah merdeka', yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Lugansk (LPR).
Dua wilayah yang terletak di Donbass itu memang mendapatkan dukungan dari Rusia sebagai wilayah merdeka.
Baca juga: Begini Reaksi China Soal Pengakuan Rusia Terkait Kedaulatan Republik Donbass
Rusia pun telah mengirimkan pasukannya ke wilayah tersebut, yang kemudian mempercepat krisis yang dikhawatirkan oleh negara Barat dapat memicu terjadinya perang besar.
Dikutip dari laman Reuters, Selasa (22/2/2022), setelah memimpin pertemuan dewan keamanan nasionalnya, Zelenskyy menuduh Rusia melanggar wilayah kedaulatan Ukraina dan mengatakan bahwa itu mengindikasikan Rusia telah menghentikan pembicaraan damai Minsk yang bertujuan untuk mengakhiri konflik separatis di Ukraina timur.
Zelenskyy kemudian menegaskan Ukraina pada dasarnya ingin menyelesaikan krisis melalui jalur diplomasi, namun ia menggarisbawahi bahwa 'sampai kapanpun negaranya tidak akan melepaskan tanahnya'.
"Kami berkomitmen pada jalan damai dan diplomatik, kami akan mengikutinya dan hanya itu. Tapi kami berada di tanah kami sendiri, kami tidak takut pada apapun dan siapapun, kami tidak berutang apapun kepada siapapun, dan kami tidak akan memberikan apapun kepada siapapun," tegas Zelenskyy.
Ia bahkan menyerukan pertemuan puncak darurat antara para pemimpin Ukraina, Rusia, Jerman dan Prancis, sambil mendesak sekutu Ukraina untuk mengambil tindakan tegas terhadap Rusia.
Seorang saksi mata Reuters melihat perangkat keras militer yang sangat besar bergerak melintasi kota Donetsk yang memisahkan diri dari Ukraina.
Baca juga: Mengapa Rusia Akui Kemerdekaan Wilayah Separatis Ukraina?
Ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada Kementerian Pertahanan Rusia untuk mengirim pasukan ke dua wilayah itu dengan alasan 'menjaga perdamaian'.
Tindakan Rusia ini pun menuai kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa, sumpah sanksi baru pun dilontarkan dan akan segera diterapkan, meskipun belum jelas apakah tindakan militer Rusia ini akan dianggap oleh Barat sebagai awal dari invasi skala penuh.
Baik DPR maupun LPR kini telah dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia dalam praktiknya.
Di sisi lain, pemerintahan Zelenskyy telah menyuarakan sikap frustrasinya atas keengganan Barat untuk menjatuhkan sanksi pendahuluan, setelah Rusia mengumpulkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.
"Kami mengharapkan langkah-langkah dukungan yang jelas dan efektif dari mitra kami. Sangat penting untuk melihat siapa teman dan mitra sejati kami, dan siapa yang hanya akan terus menakuti Federasi Rusia dengan kata-kata," kata Zelenskyy.(*)