Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pemerintah Jepang khawatir akan munculnya dampak lain dari perang Rusia - Ukraina, khususnya dapat memicu supremasi China melakukan ekspansi lautnya lebih lanjut khususnya di daerah laut China Selatan dan Timur.
Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi menggunakan ungkapan "agresi".
"Invasi ini mengguncang fondasi tatanan internasional yang tidak mengizinkan perubahan sepihak dalam status quo dengan paksa, dan dampaknya tidak terbatas pada Eropa. Tentu saja termasuk pula di daerah Asia Timur seperti wilayah Laut China Selatan serta Laut China Timur dan juga wilayah Pasifik," kata Menlu Yoshimasa Hayashi.
Pemerintah Jepang khawatir upaya Rusia untuk mengubah status quo akan mendorong tindakan supremasi China untuk memperkuat ekspansi lautnya di Selat Taiwan dan Laut China Timur, dan dapat mempengaruhi ketertiban di kawasan Asia.
"Oleh karena itu kemampuan pertahanan bersama dengan aliansi Jepang-AS perlu diperkuat lebih lanjut," ujarnya.
Terkait invasi militer Rusia ke Ukraina, pemerintah telah menyuarakan kekhawatiran bahwa hal itu dapat mempromosikan tindakan hegemonik China dan mempengaruhi tatanan kawasan Asia, dan akan memperkuat kemampuan pertahanannya bersama dengan aliansi Jepang-AS.
Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken lewat telepon tentang invasi militer Rusia ke Ukraina pada tanggal 26 Februari kemarin.
Para menteri itu mengutuk keras Rusia karena terjadi pelanggaran serius hukum internasional yang melanggar kesatuan kedaulatan dan wilayah.
Dia juga secara aktif mempromosikan diplomasi, termasuk di tingkat KTT, mengatakan bahwa perlu untuk menegaskan kembali pentingnya mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka berdasarkan nilai-nilai seperti supremasi hukum dan demokrasi.
Pemerintah Jepang juga sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi kepada Belarus, yang berbatasan dengan Ukraina, yang kemungkinan memberikan dukungan bagi operasi militer Rusia, dan berencana untuk membuat keputusan berdasarkan tren negara-negara terkait seperti Amerika Serikat.
Baca juga: Warga Rusia dan Ukraina di Tokyo Jepang Unjuk Rasa Damai, Hentikan Perang
Menurut survei Kementerian Luar Negeri tentang jumlah perusahaan Jepang yang berekspansi ke luar negeri, per Oktober 2020, total 11 perusahaan Jepang telah berekspansi ke Belarus di bidang-bidang seperti konstruksi, perawatan medis, dan kesejahteraan.
Nilai ekspor dari Jepang ke Belarus pada tahun 2020 adalah 5.289 juta yen terutama untuk suku cadang mobil dan mesin pengolah logam.
Dan nilai impor dari Belarus ke Jepang adalah 3 miliar 103 juta yen terutama untuk pupuk, yang merupakan masukan di bidang ekonomi.