TRIBUNNEWS.COM - Terdapat sebuah video yang memperlihatkan ratusan diplomat dari 40 negara melakukan boikot dengan walkout saat Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov sedang berpidato.
Diketahui, video tersebut terjadi di Markas Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa, Swiss dan diunggah oleh akun Twitter bernama @usmissiongeneva.
Dikutip dari Aljazeera, video tersebut terjadi pada Selasa (1/3/2022).
Dalam video tersebut, ratusan diplomat langsung melakukan walkout secara bebarengan dan keluar dari ruangan menuju pintu keluar ketika Sergei sedang berpidato.
Baca juga: Gara-gara Invasi ke Ukraina, Film Morbius, Batman Hingga Turning Red Gagal Tayang di Rusia
Baca juga: Hari Ketujuh Invasi: Kyiv Digempur Rudal, Pasukan Terjun Payung Mendarat dan Biden Serang Putin
Video berdurasi 1 menit 27 detik tersebut juga memperlihatkan suasana ketika ratusan diplomat sudah keluar dari ruangan.
Kemudian pada akhir video terlihat beberapa diplomat mengangkat bendera Ukraina dan diakhiri dengan tagar #StandWithUkraine.
Terkait pertemuan tersebut, didatangi oleh utusan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, dan beberapa negara lain.
Terdapat pula dari Suriah, Venezuela dan China.
Lantas mengenai boikot dengan cara walkout tersebut, Duta Besar Ukraina Yevheniia Filipenko yang juga menjadi salah satu penginisiasi, berterimakasih kepada utusan negara lain atas apa yang telah dilakukan.
“Terimakasih banyak atas pertunjukan yang sangat menakjubkan terkait dukungan kepada Ukraina yang sedang bertarung untuk kemerdekaannya,” ucapnya.
Sementara dalam pidatonya, Lavrov membenarkan negaranya untuk menyerang Ukraina dikarenakan adanya dugaan pelanggaran HAM terhadap minoritas Rusia di Ukraina.
Baca juga: Unit Perlawanaan Siber Ukraina Incar Jaringan Listrik dan Kereta Api Rusia
Selain itu, ia juga menuding Uni Eropa menggaungkan ‘Rusiaphobia’ dengan cara mengirim senjata ke Ukraina selama militer Moskow datang pada Kamis minggu lalu.
Kemudian, Lavrov juga mendeskripsikan invasi Rusia ke Ukraina sebagai operasi militer khusus dan berniat untuk mengusir ‘neo-Nazi’ yang menurut pihaknya menguasai Ukraina.
Di lain sisi, diplomat lain yang juga ikut melakukan walkout mengatakan kepada Dewan HAM PBB agar tidak menjadi sarana untuk penyebaran informasi yang tidak benar.