Harapannya tidak ada lagi diplomat yang bertugas dalam tempo yang singkat, dan tidak ada lagi pembengkakan anggaran karena fasilitas yang diberikan kepada keluarga diplomat di luar Ukraina.
“Dengan demikian tidak ada lagi diplomat yang temporary bertugas, tidak ada lagi fasilitas yang diberikan kepada keluarga diplomat yang harus sekolah di luar negeri karena biayanya double. Diplomatnya tinggal di Ukraina, keluarganya di tempat lain,” ujarnya.
Setelah analisis tersebut dilaporkan ke Menlu dan Kemlu RI dan didiskusikan, tidak lama kemudian status darurat Ukraina dicabut pemerintah RI.
Menurutnya, invasi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina pada 24 Februari lalu sangat diluar dugaan dan diluar akal, karena Ukraina sangat damai dan toleran.
Mulai dari pemerintahan hingga warga Ukraina itu sendiri tidak ada yang menginginkan perang.
“Walaupun masyarakat muslim di sana hanya 1-2 persen, pemerintahnya sangat toleran. Pada agama apapun, memberikan kesempatan agama untuk berkembang,” ujarnya.
--