News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perkebunan Sawit Malaysia Butuh Tenaga Kerja Asing pada Mei hingga Juni 2022

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi kebun sawit

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Menteri Industri Perkebunan Malaysia pada Selasa (8/3/2022), menyatakan angkatan kerja asing sektor perkebunan kelapa sawit di Malaysia baru bisa didatangkan pada bulan Mei dan Juni.

Penundaan ini dilakukan berbulan-bulan dari rencana awal negara produsen terbesar kedua di dunia itu untuk menambah lebih banyak tenaga kerja awal tahun ini.

CNA melaporkan pada Selasa, kekurangan pekerja asing untuk memanen buah sawit di Malaysia kemungkinan akan membatasi produksi.

Hal ini menambah kekhawatiran global atas pasokan minyak nabati yang terkena dampak perang Rusia-Ukraina dan cuaca buruk di Amerika Selatan.

"Dengan masuknya tenaga kerja asing, saya berharap produksi meningkat dari 18,1 juta ton (tahun lalu) menjadi 20 juta," kata Menteri Zuraida Kamaruddin dalam konferensi industri di Kuala Lumpur.

Baca juga: Bengkulu yang Jadi Lumbung Sawit, Minyak Goreng Langka, Harganya Tembus Rp 40.000 Per Liter

Sekitar 80 persen pekerja perkebunan Malaysia adalah pendatang, kebanyakan dari negara tetangga Indonesia.

Kontrak minyak sawit acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 1,3 persen menjadi 6.543 ringgit per ton pada 0541 GMT, dari level tertinggi sepanjang masa di 7.108 ringgit ($ 1.700,89) yang dicapai minggu lalu.

Pekebun sawit Malaysia telah berjuang melawan kekurangan tenaga kerja yang memburuk sejak dimulainya pandemi virus corona.

Pembatasan perbatasan menghalangi pekerja migran sehingga memangkas jumlah pekerja yang tersedia untuk memanen dan menyuburkan buah sawit yang mudah rusak.

Pada bulan September, pihak berwenang menyetujui perekrutan 32.000 pekerja migran untuk perkebunan kelapa sawit dengan pekerja migran Indonesia diperkirakan akan tiba sekitar pertengahan Februari.

Tetapi para analis skeptis bahwa para pekerja dapat siap pada waktunya.

"Bahkan jika mereka (pekerja) datang, itu akan memakan waktu untuk pelatihan, karena Anda tidak selalu melihat pekerja terampil, Anda melihat orang yang tidak memiliki pengalaman pemanen," Julian McGill, kepala Asia Tenggara di LMC International, kepada Reuters.

Pasokan global minyak nabati akan terpukul dalam beberapa bulan mendatang karena cuaca kering mengurangi produksi kedelai di Brasil, pengekspor biji minyak terbesar di dunia, sementara invasi Rusia ke Ukraina telah menutup pelabuhan.

Rusia dan Ukraina menyumbang 80 persen dari ekspor global minyak bunga matahari, yang bersaing dengan kelapa sawit.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini