News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

China: NATO Dorong Ketegangan Rusia-Ukraina ke Titik Puncak

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gambar selebaran yang dirilis di halaman Facebook Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada 1 Maret 2022 menunjukkan asap setelah serangan rudal yang menargetkan pusat televisi ibukota Ukraina di Kyiv. - China menyebut NATO telah mendorong ketegangan antara Rusia dengan Ukraina.

TRIBUNNEWS.COM - China menyebut bahwa tindakan NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS) telah mendorong ketegangan antara Rusia dan Ukraina ke "titik puncak".

Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian pada Rabu (9/3/2022).

Pada jumpa pers harian, Lijian mendesak Amerika Serikat untuk menanggapi kekhawatiran China dengan serius.

Dia juga meminta AS menghindari merusak hak atau kepentingannya dalam menangani masalah Ukraina dan hubungan dengan Rusia.

Tak hanya itu, Lijian juga mengatakan bahwa China menentang sanksi dan pembatasan sepihak oleh AS, dan mendesak agar kebijakan Washington terhadap Ukraina dan Rusia "tidak boleh merugikan hak dan kepentingan China".

Baca juga: Xi Jinping kepada Pemimpin Eropa: China Bersedia Menengahi Konflik Rusia Vs Ukraina

Baca juga: 22 Tewas, Rusia Bombadir Pemukiman di Sumy Ukraina, Gubernur: Tiga Bom dalam 1 Malam, Mengerikan

"China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas membela hak-hak perusahaan dan individu China," kata Zhao, sebagaimana dikutip dari CNA.

Perusahaan China yang menentang pembatasan AS terhadap ekspor ke Rusia dapat terputus dari peralatan dan perangkat lunak Amerika yang mereka butuhkan untuk membuat produk mereka, kata Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo kepada New York Times sebelumnya.

Bantuan untuk Ukraina

Palang Merah China akan memberikan sejumlah bantuan kemanusiaan senilai 5 juta yuan atau sekitar Rp 11,3 miliar ke Ukraina.

Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian pada Rabu (9/3/202).

Dikutip dari CNA, bantuan yang diberikan berupa kebutuhan sehari-hari.

Invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu telah mengirim lebih dari 1,5 juta warga Ukraina melarikan diri ke luar negeri.

Sementara warga yang tersisa di kota Mariupol kehabisan listrik, makanan, dan air minum, setelah lebih dari seminggu pengeboman.

China telah menolak untuk menggambarkan kegiatan Rusia di Ukraina sebagai invasi.

Rusia menyebut tindakannya sebagai "operasi khusus".

Siap Jadi Penengah Rusia-Ukraina

Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa China bersedia "bekerja secara aktif" dengan komunitas internasional untuk menengahi perang di Ukraina, Selasa (8/3/2022).

Selama panggilan virtual dengan Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Xi mengatakan situasi di Ukraina mengkhawatirkan dan China sangat berduka dengan pecahnya perang lagi di benua Eropa, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari CNN.

"China akan tetap berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Prancis, Jerman dan Uni Eropa dan, mengingat kebutuhan pihak-pihak yang terlibat, bekerja sama secara aktif dengan masyarakat internasional," kata pernyataan itu.

China menambahkan bahwa semua upaya kondusif untuk penyelesaian damai terhadap krisis harus didukung.

Baca juga: Kongres AS Setujui Anggaran 13,6 Miliar Dolar AS untuk Bantu Ukraina dan Sekutu di Eropa

Baca juga: Presiden Ukraina Tak Terima saat Tahu Ada Gadis 6 Tahun Meninggal Sendirian karena Dehidrasi

Menurut Kementerian Luar Negeri China, Scholz dan Macron mengatakan kedua negara siap untuk memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan Beijing untuk mempromosikan pembicaraan damai.

China dan Rusia berbagi kepentingan strategis dalam menantang Barat.

Meski begitu, invasi ke Ukraina telah menguji persahabatan mereka .

China tidak secara langsung mengutuk serangan Rusia atau menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, tetapi juga tidak terburu-buru untuk membantu Rusia setelah ekonominya terkena sanksi dari seluruh dunia, dengan para ahli mengatakan pilihan Beijing terbatas.

Analis mengatakan bank dan perusahaan China juga takut akan sanksi sekunder jika mereka berurusan dengan rekan-rekan Rusia.

Beijing secara konsisten menolak untuk menyebut perang di Ukraina sebagai invasi Rusia, dan para pejabat China secara teratur menunjuk ekspansi NATO ke arah timur sebagai akar penyebab konflik, meniru poin pembicaraan penting Rusia.

Xi menekankan perlunya mendukung pembicaraan damai dan mendorong kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan dan membawa hasil damai, menurut pernyataan Selasa.

(Tribunnews.com/Yurika)

Artikel lain Konflik Rusia Vs Ukraina

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini