TRIBUNNEWS.COM - Shell meminta maaf karena membeli minyak mentah Rusia pekan lalu.
Perusahaan itu mengatakan akan menarik diri sepenuhnya dari keterlibatan hidrokarbon Rusia sebagai tanggapan atas invasi Moskow ke Ukraina.
"Kami sangat menyadari bahwa keputusan kami minggu lalu untuk membeli minyak mentah Rusia, bukanlah keputusan tepat dan kami minta maaf," kata Chief Executive Shell Ben van Beurden, Selasa (8/3/2022).
Dilansir Al Jazeera, Shell membeli kargo minyak mentah Rusia dari pedagang Swiss Trafigura di jendela S&P Global Platts.
Kemudian dimuat dari pelabuhan Baltik dengan rekor terendah Brent dikurangi $28,50 per barel, kata para pedagang pada Jumat (4/3/2022).
Baca juga: Menlu Amerika Ungkap Ukraina Telah Siapkan Skenario Jika Zelensky Tewas Akibat Serangan Rusia
Baca juga: 4 Syarat yang Harus Dipenuhi Ukraina Jika Ingin Rusia Hentikan Serangan, Tak Gabung dengan NATO
Diwartakan Reuters, Shell pekan lalu mengatakan akan keluar dari semua operasinya di Rusia, termasuk kilang LNG Sakhalin 2 unggulan, di mana ia memegang 27,5 persen saham, dan yang 50 persen dimiliki dan dioperasikan oleh grup gas Rusia Gazprom.
Raksasa energi itu bergabung dengan sejumlah perusahaan, termasuk BP, yang mengatakan telah melepaskan 19,75 persen sahamnya di raksasa minyak Rusia Rosneft.
Tapi Shell hanya salah satu dari sedikit perusahaan Barat yang terus membeli minyak mentah dari Rusia sejak konflik di Ukraina meningkat.
Perusahaan energi utama Inggris itu mengatakan akan mengubah rantai pasokan minyak mentahnya untuk menghapus volume dari negara yang terkena sanksi "secepat mungkin".
Baca juga: Perang Ukraina dan Rusia, Presiden AAYG Dorong Negara Asia Afrika Berikan Resolusi
Baca juga: Artis NFT Asal Rusia Bakar Paspornya Demi Mendukung Ukraina
Shell akan menutup stasiun layanannya, serta bahan bakar penerbangan dan operasi pelumas di Rusia.
Perusahaan mengatakan perubahan rantai pasokan bisa memakan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan dan akan menyebabkan pengurangan produksi di beberapa kilangnya.
Penarikan dari produk minyak bumi Rusia, gas pipa dan gas alam cair (LNG) akan dilakukan secara bertahap.
Perusahaan juga berencana untuk mengakhiri keterlibatannya dalam pipa gas Nord Stream 2 Baltik yang menghubungkan Rusia ke Jerman, yang dibantu pembiayaannya sebagai bagian dari konsorsium.
Baca juga: Khawatirkan Situasi di Ukraina, China Akan Kirim Bantuan dan Desak Kedua Pihak Menahan Diri
Baca juga: Aktor Ukraina Tewas dalam Perang, Unggahan Terakhir Disorot: Kita Dibom dan Kita Tetap Senyum
Reuters melaporkan pada Senin (7/3/2022) bahwa Amerika Serikat bersedia untuk melanjutkan larangan impor minyak Rusia tanpa partisipasi sekutu di Eropa sehubungan dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Harga minyak telah melonjak ke level tertinggi sejak 2008 karena penundaan potensi kembalinya minyak mentah Iran ke pasar global dan karena Amerika Serikat dan sekutu Eropa mempertimbangkan untuk melarang impor Rusia.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)