"Orang-orang Eropa bertindak kasar di benua Afrika, menjarah komunitas, memperkosa wanita, memperbudak manusia, menjajah untuk keuntungan dan kekuasaan, mencuri sumber daya, menyebabkan kehancuran generasi," tulisnya di Twitter.
Robert Jobson, editor kerajaan di London Evening Standard, mengatakan kepada The Washington Post pada Kamis bahwa ia yakin pernyataan William "diambil di luar konteks."
"Saya yakin dia tidak bermaksud untuk menjadi rasis," ujarnya.
Jobson mencatat bahwa perang di Eropa bagi kebanyakan orang di benua ini adalah hal yang asing dan meresahkan.
"Mungkin dia (William) hanya mencoba untuk mengatakan, meskipun dengan kikuk, bahwa perang di Ukraina ini terasa sangat dekat dengan rumah, karena dia hanya seorang anak kecil ketika konflik Bosnia dimulai dan ini mungkin pengalaman pertamanya dari konflik mengerikan yang terjadi di Eropa selama kedewasaannya," jelas Jobson.
Menanggapi kecaman di media sosial, Istana Kensington menunjuk hasil koreksi berita dari PA Media dan transkrip yang dibagikan oleh ITV.
Tuduhan rasisme di lingkungan Kerajaan Inggris sebelumnya diungkap Pangeran Harry dan Meghan Markle.
Baca juga: Uni Afrika Sesalkan Tindakan Rasisme di Perbatasan Ukraina
Baca juga: Lebih dari 38.000 Orang Dievakuasi dari Ukraina Lewat Koridor Kemanusiaan per Kamis Kemarin
Dalam wawancara dengan Oprah Winfrey, Meghan mengaku keluarga kerajaan mengomentari warna kulit putranya, Archie, sebelum ia melahirkan.
Komentar rasis terkait perang Ukraina juga sempat dilontarkan Koresponden CBS News, Charlie D'Agata.
Dalam sebuah laporan, ia mengatakan Ukraina tidak sama seperti Irak atau Afghanistan yang telah mengalami konflik dalam beberapa dekade.
Ia juga menyebut bahwa Ukraina dan Eropa merupakan wilayah yang beradab.
Setelah banjir kecaman, Charlie D'Agata meminta maaf.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)