News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Terganjal Proses Hukum, Burger King Akui Sulit Tutup 800 Restoran, Mitra Rusia Tetap Jalankan Bisnis

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menu Whopper dari Burger King. Burger King mencoba menutup operasinya di Rusia, tetapi perusahaan mengakui langkah itu terbukti sulit. Mitra bisnis yang bertanggung jawab atas 800 restoran menolak menutupnya.

“Kami memahami dampaknya terhadap rekan dan mitra kami di Rusia,” katanya.

“Konflik di Ukraina dan krisis kemanusiaan di Eropa telah menyebabkan penderitaan yang tak terkatakan bagi orang-orang yang tidak bersalah," terangnya.

"Sebagai sebuah sistem, kami bergabung dengan dunia dalam mengutuk agresi dan kekerasan dan berdoa untuk perdamaian,” tambah Kempckinski.

Baca juga: Analisis Pakar Politik, Cina Bakal Reguk Keuntungan Besar dari Konflik Rusia-Ukraina

Orang-orang menikmati Coca-Cola (Coca-colacompany.com)

Starbucks juga menangguhkan semua aktivitas bisnis di Rusia, termasuk pengiriman produk dan kafe yang dijalankan oleh pemegang lisensi.

Perusahaan mengatakan Alshaya Group yang berbasis di Kuwait, yang mengoperasikan setidaknya 100 kafe Starbucks, masih akan mendukung hampir 2.000 stafnya di Rusia "yang bergantung pada Starbucks untuk mata pencaharian mereka".

Baca juga: Anggota Komisi VII DPR Mukhtarudin Sebut Perang Rusia-Ukraina Bisa Pengaruhi APBN

Penutupan McDonald's terjadi setelah sejumlah merek konsumen lainnya termasuk Netflix, Levi's, Burberry, Ikea dan Unilever, pemilik Marmite dan Ben & Jerry's, mengumumkan mereka telah menghentikan bisnis di negara tersebut.

Perusahaan jasa profesional terkemuka termasuk KPMG, PwC, EY dan Deloitte juga telah memutuskan bisnis di Rusia dan Belarusia.

Perusahaan di seluruh dunia telah berebut untuk menilai hubungan mereka dengan Rusia setelah AS, UE, dan Inggris berusaha mengisolasinya secara ekonomi dengan sanksi. 

The Guardian melaporkan sebelumnya, sanksi juga membuat perusahaan AS, UE, atau Inggris menjadi ilegal untuk melayani beberapa bisnis terbesar Rusia, termasuk bank seperti Sberbank, Gazprombank, dan VTB. 

Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini