TRIBUNNEWS.COM - Australia telah melarang penjualan alumina dan bijih aluminium ke Rusia sebagai bagian dari sanksi berkelanjutan terhadap Moskow atas invasinya di Ukraina.
Hal tersebut disampaikan oleh pemerintah Australia pada Minggu (20/3/2022).
"Rusia bergantung pada Australia untuk hampir 20 persen kebutuhan aluminanya," kata pemerintah Australia dalam pernyataan bersama dari beberapa kementerian, termasuk kantor perdana menteri, sebagaimana dilansir CNA.
Ia menambahkan bahwa langkah itu akan membatasi kapasitas Rusia untuk memproduksi aluminium, yang merupakan ekspor penting bagi Rusia.
"Pemerintah akan bekerja sama dengan eksportir dan badan puncak yang akan terpengaruh oleh larangan untuk menemukan pasar baru dan memperluas pasar yang ada," kata pernyataan itu.
Baca juga: Cina Salahkan NATO, Peringatkan AS yang Tekan Beijing Agar Tak Dukung Rusia
Baca juga: China Dikabarkan Sumbang Dana untuk Militer dan Keuangan Rusia
Raksasa pertambangan Anglo-Australia Rio Tinto memiliki 80 persen saham di Queensland Alumina Limited (QAL) dalam usaha patungan dengan Rusal International PJSC Rusia, produsen aluminium terbesar kedua di dunia.
Pekan lalu, Australia memberlakukan sanksi terhadap dua pengusaha Rusia yang terkait dengan industri pertambangannya, salah satunya miliarder Oleg Deripaska yang memegang saham di QAL.
Australia sejauh ini telah memberlakukan total 476 sanksi terhadap 443 individu, termasuk pengusaha yang dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dan 33 entitas, termasuk sebagian besar sektor perbankan Rusia dan semua entitas yang bertanggung jawab atas utang negara, kata pernyataan itu.
Pemerintah juga mengatakan akan menyumbangkan setidaknya 70.000 ton batu bara termal ke Ukraina untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Produsen batu bara Australia telah dibombardir dengan permintaan pasokan selama beberapa minggu terakhir dari Ukraina dan negara-negara lain seperti Polandia yang telah bergantung pada pasokan Rusia.
"Pemerintah Australia telah bekerja sama dengan industri batu bara Australia untuk mendapatkan pasokan," kata pernyataan itu.
Whitehaven Coal dengan cepat mengatur pengiriman, dan pemerintah sekarang bekerja dengan perusahaan dan pemerintah Ukraina dan Polandia untuk mengirimkan pasokan secepat mungkin, kata pernyataan itu.
Pemerintah juga menjanjikan peralatan militer tambahan dan bantuan kemanusiaan untuk Ukraina.
Mengutip The Guardian, perdana menteri Scott Morrison mengumumkan Australia akan menyumbangkan batu bara dan peralatan militer lebih lanjut ke Ukraina untuk "mendukung perlawanan yang berani".