TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Kelompok Houthi menembakkan sejumlah rudal dan pesawat tak berawak ke fasilitas desalinasi energi dan air Saudi.
Rentetan serangan itu terjadi pada Sabtu malam sampai Minggu pagi (20/3/2022).
Serangan itu dilaporkan menyebabkan penurunan sementara produksi di kilang, tetapi tidak ada korban.
Serangan drone menghantam terminal distribusi produk minyak bumi di wilayah Jizan selatan, pabrik gas alam dan kilang Yasref di pelabuhan Laut Merah Yanbu.
"Serangan terhadap fasilitas Yasref telah menyebabkan pengurangan sementara dalam produksi kilang, yang akan dikompensasikan dari cadangan," kata Kementerian Energi Arab Saudi, seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Serangan Drone dan Rudal Houthi Yaman Hantam Sejumlah Fasilitas Energi Arab Saudi
Fasilitas Yasref merujuk pada Yanbu Aramco Sinopec Refining Company, perusahaan patungan antara Saudi Aramco dan China Petrochemical Corporation (Sinopec ).
CEO Saudi Aramco Amin Nasser kepada Reuters melalui sambungan telepon memastikan, pendapatan perusahaan dan pasokan ke pelanggan tidak ada terdampak dari serangan tersebut.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang telah memerangi Houthi di Yaman selama tujuh tahun mengatakan, serangan pada Sabtu (19/3) malam dan Minggu (20/3) pagi juga menargetkan pabrik desalinasi air di Al-Shaqeeq, pembangkit listrik di Dhahran al Janub, dan fasilitas gas di Khamis Mushait.
Kemudian pada Minggu, fasilitas distribusi Saudi Aramco lainnya di Kota Jeddah diserang, yang menyebabkan kebakaran di salah satu tangki, menurut koalisi militer pimpinan Arab Saudi. Api bisa dikendalikan dan tidak menimbulkan korban.
Baca juga: AS Kirim Jet Tempur ke UEA Setelah Serangan Rudal Houthi Yaman
Juru bicara militer Houthi Yahya Sarea mengungkapkan, kelompoknya telah menembakkan rudal balistik dan bersayap serta pesawat tak berawak ke fasilitas Saudi Aramco di Kota Riyadh, Yanbu, dan "daerah lain", diikuti dengan serangan terhadap "target vital" di wilayah Arab Saudi lainnya.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi menyebutkan, penyelidikan awal menunjukkan, Houthi menggunakan rudal jelajah buatan Iran untuk menyerang pabrik desalinasi dan pusat distribusi milik Saudi Aramco.
Sistem pertahanan udara Arab Saudi hanya berhasil mencegat sembilan rudal balistik dan drone.
Dampak serangan
Kantor Pers resmi Saudi mengunggah berbagai foto truk pemadam kebakaran menyiram api yang melompat dengan selang air, serta mobil yang rusak dan kawah di tanah yang diduga ditinggalkan oleh serangkaian serangan drone dan rudal balistik.
Baca juga: UEA Cegat Rudal Houthi Yaman yang Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel
Insiden itu terjadi setelah Dewan Kerjasama Teluk yang berbasis di Saudi mengundang pihak Yaman yang bertikai untuk melakukan pembicaraan di Riyadh yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang hampir delapan tahun.
Houthi mengatakan hanya akan berpartisipasi dalam diskusi yang diadakan di negara netral dan prioritasnya adalah mencabut blokade koalisi di daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok tersebut.
Pembicaraan damai gagal sejak Houthi mencoba merebut Marib yang kaya minyak, salah satu benteng terakhir yang tersisa dari pemerintah Yaman yang didukung Saudi di utara negara itu.
Arab Saudi memimpin koalisi militer di Yaman untuk mendukung pemerintah yang diakui secara internasional, yang telah terlibat dalam konflik berdarah melawan Houthi sejak 2015.
Baca juga: UEA Cegat Rudal Houthi Yaman yang Ditembakkan saat Kunjungan Presiden Israel
Baca juga: Koalisi Arab Saudi Kirim Serangan Udara ke Houthi di Yaman, 14 Orang Tewas
Serangan ke Bandara
Bulan lalu, 16 orang termasuk warga negara asing terluka setelah pesawat tak berawak yang diluncurkan oleh milisi Houthi Yaman menyerang sebuah bandara di Arab Saudi, Senin (21/2/2022).
Koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi Yaman mengatakan, pesawat tak berawak bermuatan bom itu menargetkan Bandara Raja Abdullah di kota Jizan Saudi, dekat perbatasan dengan Yaman.
Pasukan pertahanan Saudi menuduh pesawat tak berawak itu diluncurkan dari bandara Sanaa di ibukota Yaman, seperti dikutip dari ABC News.
Sementara, TV pemerintah Saudi melaporkan tiga pelancong berada dalam kondisi kritis.
Tayangan video pendek setelahnya menunjukkan pecahan kaca di lantai di dalam bandara dekat toko es krim.
Mengutip Al Jazeera, para korban menderita luka akibat pecahan peluru selama intersepsi drone.
Koalisi mengatakan pesawat tak berawak itu ditembakkan dari Bandara Internasional Sanaa untuk menargetkan warga sipil.
"Enam belas warga sipil dari berbagai negara terluka," katanya.
Saluran berita Ekhbariya yang dikelola pemerintah kemudian menunjukkan para pelancong bergerak di dalam bandara Jizan dan melaporkan bahwa penerbangan kembali beroperasi secara normal.
Insiden itu adalah serangan bandara kedua dalam waktu kurang dari dua minggu yang dipersalahkan, atau diklaim oleh Houthi yang bersekutu dengan Iran.
Itu terjadi kurang dari dua minggu setelah upaya serangan pesawat tak berawak serupa dan intersepsi mengakibatkan 12 orang terluka di sebuah bandara di kota Abha, Saudi selatan, juga dekat perbatasan kerajaan dengan Yaman.
Sebagai tanggapan, koalisi mengatakan telah menghancurkan sistem komunikasi yang digunakan untuk serangan pesawat tak berawak pada 14 Februari yang terletak di dekat kementerian telekomunikasi di Sanaa.
Pada Desember, koalisi mengatakan Houthi telah menembakkan lebih dari 850 drone dan 400 rudal balistik ke Arab Saudi dalam tujuh tahun sebelumnya yang menewaskan total 59 warga sipil.
Angka itu dibandingkan dengan 401 serangan udara koalisi yang dilakukan pada bulan Januari saja di Yaman, menurut Proyek Data Yaman, pelacak independen yang melaporkan sekitar 9.000 korban jiwa sipil dari serangan di negara itu sejak 2015.
Kelompok hak asasi telah lama mengkritik koalisi atas korban sipil dalam pemboman udaranya.
Sementara itu, pada hari Senin, Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres, atau MSF) mengatakan di Twitter bahwa "setelah pemboman" semalam di provinsi Hajjah Yaman, timnya di ruang gawat darurat rumah sakit umum Abs "menerima seorang gadis 12 tahun dan seorang wanita berusia 50 tahun, keduanya meninggal pada saat kedatangan”.
Mereka juga menerima 10 warga sipil yang terluka, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, termasuk seorang wanita hamil.
Krisis kemanusiaan terburuk
Perang telah menelan ratusan ribu nyawa, secara langsung atau tidak langsung, dan membuat jutaan orang mengungsi, dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Al Jazeera melaporkan, pada Rabu (16/3/2022), PBB menyuarakan kekecewaan setelah konferensi donor hanya mengumpulkan $1,3 miliar, jauh dari target $4,27 miliar.
Militan Houthi sering menargetkan bandara dan fasilitas minyak di Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia.
Kelompok bersenjata Yaman juga telah melakukan beberapa serangan di Uni Emirat Arab (UEA) tahun ini karena memperluas serangan terhadap dua negara Teluk yang kaya minyak.
Riyadh dan Abu Dhabi adalah anggota terkemuka koalisi militer yang terlibat dalam perang Yaman setelah pemberontak Houthi merebut ibu kota, Sanaa, dan kemudian sebagian besar wilayah utara.
UEA menarik pasukan dari negara itu pada 2019 tetapi tetap menjadi pemain aktif.
Serangan terbaru datang ketika Aramco bersiap untuk mengumumkan hasil 2021 pada hari Minggu.
Pasar minyak global berada dalam keadaan kacau karena dampak invasi Rusia ke Ukraina dan dampaknya terhadap pasokan energi.