TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) sedang menyelidiki kebocoran informasi intelijen AS yang sangat rahasia tentang kemungkinan rencana sekutunya, Israel, untuk merespons serangan balasan Iran.
"Kebocoran ini sangat mengkhawatirkan," kata pejabat AS kepada CNN, Sabtu (19/10/2024).
Dokumen-dokumen bertanda 'Sangat Rahasia' dengan tanggal 15 dan 16 Oktober itu tersebar secara online melalui akun Telegram 'Middle East Spectator' pada Jumat (18/10/2024).
Dokumen itu tertulis hanya boleh dilihat oleh AS dan sekutu-sekutunya di 'Five Eyes' yaitu Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Inggris.
Salah satu dokumen, yang katanya disusun oleh Badan Intelijen Geospasial Nasional AS, menyebutkan rencana Israel untuk memindahkan amunisi.
Dokumen lainnya yang bersumber dari Badan Keamanan Nasional AS, menguraikan latihan angkatan udara Israel yang melibatkan rudal udara-ke-permukaan, yang diyakini sebagai persiapan menyerang Iran.
"Angkatan Udara Israel (IAF) melanjutkan penanganan rudal balistik yang diluncurkan dari udara (ALBM), operasi UAV rahasia, dan melakukan latihan pengerahan pasukan besar (LFE) kedua dari 15 hingga 16 Oktober 2024, menurut analisis citra. IAF telah menangani sedikitnya 16 ALBM Golden Horizon dan sedikitnya 40 ALBM 1502 (Rocks) sejak 8 Oktober, menurut analisis citra," bunyi salah satu dokumen.
Tidak jelas bagaimana dokumen-dokumen tersebut bisa tersebar, atau apakah dokumen tersebut diretas atau sengaja dibocorkan.
Klarifikasi Middle East Spectator
Sementara itu, akun Telegram Middle East Spectator menulis klarifikasi yang mengatakan pihaknya tidak mengetahui informasi kebocoran dokumen intelijen AS.
"Sebagai tanggapan atas berbagai pertanyaan media, kami sampaikan bahwa Middle East Spectator tidak mengetahui adanya dokumen rahasia AS yang bocor," tulisnya melalui akun Telegram, Minggu (20/10/2024).
Baca juga: Iran Bantah Tuduhan Netanyahu: Kami Tak Terlibat Serangan Hizbullah di Rumah PM Israel
"Kami juga menegaskan kembali bahwa kami tidak memiliki hubungan dengan sumber aslinya, yang kami asumsikan sebagai whistleblower di Departemen Pertahanan AS," lanjutnya.
Dokumen-dokumen itu awalnya muncul di grup Telegram pribadi dengan lebih dari 7000 anggota.
Kemudian, dokumen itu bisa keluar dari grup tersebut dan dikirimkan oleh akun anonim melalui Direct Message (DM) kepada Middle East Spectator.
Selain Middle East Spectator, akun anonim tersebut juga mengirimkan dokumen-dokumen itu ke berbagai orang dan outlet berita lainnya.