TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berusia 96 tahun yang selamat dari Holocaust Nazi selama Perang Dunia Kedua telah tewas dalam serangan Rusia di kota timur Kharkiv, Ukraina.
Di antara para korban perang Rusia di Ukraina ada seorang penyintas Holocaust yang mengabdikan hidupnya untuk melestarikan sejarahnya yakni Boris Romantschenko.
Sebagai informasi, dikutip dari Wikipedia, Holocaust, dikenal pula sebagai Shoah, adalah genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi Eropa selama Perang Dunia II.
Holocaust merupakan suatu program pembunuhan sistematis yang didukung oleh negara Jerman Nazi, dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung di seluruh wilayah yang dikuasai oleh Nazi.
Boris Romantschenko selamat dari empat kamp konsentrasi termasuk Buchenwald, Dora dan Bergen Belsen.
Pria berusia 96 tahun itu tewas pekan lalu ketika pasukan Rusia menembaki gedung apartemennya di Kharkiv, kata Yayasan Peringatan Buchenwald dan Mittelbau-Dora dalam sebuah tweet .
"Sekarang dia (Romantschenko) terbunuh oleh peluru yang mengenai rumahnya," tulis mereka. sebagaimana dikutip dari npr.org.
"Kami tercengang."
Menurut cucu perempuan Romantschenko, yayasan itu mengatakan dia tinggal di sebuah gedung bertingkat yang terkena tembakan Rusia pada hari Jumat (18/3/2022).
Baca juga: Hubungan Rusia-AS Makin Panas, Kremlin Tersinggung Presidennya Disebut Penjahat Perang
Baca juga: Mengenal Rudal Hipersonik, Senjata Mematikan yang Digunakan Rusia untuk Menyerang Ukraina
Ia juga mengatakan, menurut terjemahan bahasa Inggris, bahwa dia "berkampanye secara intensif untuk mengenang kejahatan Nazi dan menjadi wakil presiden Komite Internasional Buchenwald-Dora."
Presiden Rusia, Vladimir Putin telah berulang kali menggambarkan tujuan operasi militernya sebagai "denazifikasi" Ukraina, sebuah klaim yang dikatakan para ahli kepada NPR mendistorsi sejarah dan kenyataan.
Awal bulan ini, serangan Rusia di Kyiv menghantam Babyn Yar Holocaust Memorial Center, tempat Nazi membunuh hampir 34.000 orang Yahudi selama 36 jam pada September 1941.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang adalah seorang Yahudi, mengatakan dalam sebuah tweet pada saat itu bahwa itu adalah "sejarah yang berulang."
"Kepada dunia: Apa gunanya mengatakan tidak pernah lagi selama 80 tahun, jika dunia tetap diam ketika sebuah bom dijatuhkan di tempat yang sama di Babyn Yar?" tulisnya.