TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, menyatakan Indonesia sejak awal memiliki posisi yang konsisten dan sama dalam menanggapi perang atau konflik antara Rusia dan Ukraina.
Terutama terkait masalah penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritori negara lain.
Retno mengatakan, prinsip Indonesia tersebut telah terefleksikan dalam voting Indonesia di sidang Majelis Umum PBB.
"Kita sejak awal memiliki posisi yang sama, konsisten, pada saat kita bicara masalah penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritori negara lain."
Baca juga: NATO Sebut Rusia akan Lancarkan Serangan Baru di Donbas Ukraina dalam Beberapa Minggu ke Depan
"Oleh karena itu, prinsip tersebut terefleksikan dalam voting kita di resolusi di sidang Majelis Umum PBB, itu yang pertama," kata Retno dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Kamis (7/4/2022).
Lebih lanjut Retno mengharapkan agar perang Rusia dan Ukraina ini bisa segera berakhir.
Oleh karena itu Indonesia terus mendorong intensifnya perundingan antara Rusia-Ukraina.
Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mencari jalan damai antara dua negara yang berkonflik tersebut.
Baca juga: AS Minta Rusia Dikeluarkan dari G20, Janet Yellen Ancam Boikot Pertemuan di RI Bila Putin Datang
"Kedua dari sejak awal, kita berharap agar perang dapat segera diakhiri. Kita dorong diintensifkan perundingan untuk mencari jalan damai, penyelesaian secara damai, dan kita tidak pernah melupakan elemen kemanusiaan di dalamnya," terang Retno.
Diketahui hingga saat ini perang antara Rusia dan Ukraina masih berlanjut.
Perang tersebut pun mengakibatkan jatuhnya banyak korban dari warga sipil, bahkan anak-anak.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-43, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
5.000 Warga Sipil Mariupol Ukraina Tewas, 90 Persen Infrastruktur Kota Dihancurkan Pasukan Rusia
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko menyebutkan jumlah korban tewas di wilayahnya selama berminggu-minggu serangan Rusia ke Ukraina, AP News melaporkan.
Lebih dari 5.000 warga sipil, termasuk 210 anak, telah menjadi korban pemboman dan pertempuran di jalanan.
Boichenko mengatakan pasukan Rusia membom rumah sakit, di mana 50 orang tewas terbakar di sebuah rumah sakit.
Lebih dari 90 persen infrastruktur kota telah hancur.
Baca juga: Tangis Pejabat Ukraina Ungkap 2 Gadis Diperkosa Tentara Rusia, Rambut Ditarik, Diseret dari Basement
Serangan di kota selatan yang strategis di Laut Azov telah memutus pasokan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan, serta menghancurkan rumah dan bisnis.
Para pejabat pertahanan Inggris mengatakan 160.000 orang masih terjebak di kota itu, yang berpenduduk 430.000 sebelum perang.
Konvoi bantuan kemanusiaan yang didampingi oleh Palang Merah telah berusaha selama berhari-hari tanpa hasil untuk masuk ke kota.
Sementara itu, di utara, pihak berwenang Ukraina mengatakan mayat sedikitnya 410 warga sipil telah ditemukan di kota-kota sekitar Kyiv.
Baca juga: Menkeu AS Sebut Biden Ingin Rusia Keluar dari G20: Agresi Rusia Bawa Dampak Ekonomi Sangat Besar
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menggambarkan hal itu sebagai kampanye pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan Rusia.
Beberapa korban disebut ditembak dari jarak dekat dengan tangan terikat.
Di sebuah pemakaman di Kota Bucha, timur laut Kyiv, para pekerja mulai memuat lebih dari 60 mayat yang tampaknya dikumpulkan selama beberapa hari terakhir ke dalam truk pengiriman bahan makanan untuk dikirim ke tempat penyelidikan lebih lanjut.
Zelenskyy menuduh Rusia mengganggu penyelidikan internasional terhadap kemungkinan kejahatan perang dengan memindahkan mayat dan mencoba menyembunyikan bukti lain di Bucha.
Baca juga: Sanksi Baru AS Targetkan Bank Terbesar Rusia dan Anak-anak Vladimir Putin
"Kami memiliki informasi bahwa pasukan Rusia telah mengubah taktik dan mencoba untuk memindahkan orang-orang yang tewas, orang-orang Ukraina yang tewas, dari jalan-jalan dan ruang bawah tanah wilayah yang mereka duduki," katanya dalam pidatonya.
"Ini hanya upaya untuk menyembunyikan bukti dan tidak lebih."
Beralih dari bahasa Ukraina ke bahasa Rusia, Zelenskyy mendesak orang Rusia untuk menghadapi mesin represif Rusia alih-alih disamakan dengan Nazi selama sisa hidup mereka.
Baca juga: Ini Alasan Rusia Sebut Mayat-mayat yang Tergeletak di Jalanan Kota Bucha Ukraina adalah Rekayasa
Dia meminta Rusia untuk menuntut diakhirinya perang, jika masih memiliki sedikit rasa malu atas apa yang dilakukan tentara Rusia di Ukraina.
Lebih lanjut, banyak mayat belum dikumpulkan di Bucha.
Dari waktu ke waktu terdengar ledakan teredam para pekerja yang membersihkan kota dari ranjau dan persenjataan lain yang tidak meledak.
Polisi mengatakan mereka menemukan sedikitnya 20 mayat di daerah Makariv di sebelah barat Kyiv.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Rica Agustina)