Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BUCHA - Hampir 85 persen dari mayat penduduk yang tewas di Kota Bucha, wilayah Kiev Ukraina memiliki luka tembak pada tubuhnya.
Menurut Wali Kota Bucha Anatoliy Fedoruk selama telethon nasional, ini menunjukkan pembunuhan berencana yang dilakukan secara sadar oleh Rusia.
"Hampir 85 persen dari semua mayat yang kami keluarkan dari kuburan massal atau penguburan individu di kebun, taman, alun-alun, pekarangan memiliki lubang peluru pada tubuhnya. Artinya, pembunuhan berencana secara sadar terjadi di Bucha," kata Fedoruk.
Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (15/4/2022), ia mengatakan bahwa pemindahan mayat dari kuburan massal di wilayah Gereja St. Andrew yang menjadi galian pertama kemungkinan akan selesai pada Jumat ini.
Baca juga: Wanita Pengungsi Ukraina di Inggris Diduga Dilecehkan Pria Lajang, UNHCR Desak Evaluasi
"Kami akan menyelesaikan pekerjaan ini, kami akan mengeluarkan mayat dan mengirimkan mereka ke kamar mayat untuk melakukan prosedur yang relevan. Sedangkan untuk kerabat yang akan mengambil mayat-mayat ini diharapkan menguburkan mereka secara tepat dan layak," jelas Fedoruk.
Sebelumnya, Jaksa Agung Venediktova dan Jaksa ICC Khan melakukan perjalanan kerja bersama ke Bucha di wilayah Kiev, di mana banyak kuburan mayat warga sipil yang terbunuh sedang dilakukan penggalian.
Kota Irpin, Bucha, Hostomel, Borodianka dan seluruh wilayah Kiev memang telah dibebaskan dari pasukan Rusia sejak awal April lalu.
Namun mirisnya, pembunuhan massal warga sipil oleh pasukan Rusia telah dicatat di kota-kota dan desa-desa yang dibebaskan itu.
Di antara para korban kejahatan perang Rusia ini terdapat wanita yang dirudapaksa, mereka yang tubuhnya dibakar, pembunuhan terhadap pejabat pemerintah setempat, anak-anak, pria hingga orang tua.
Banyak di antara mereka yang ditemukan dalam kondisi tangan terikat dan ada bekas penyiksaan pada tubuh mereka.
Para korban pun ditembak pada bagian belakang kepala.
Pada Maret lalu, atas permintaan 42 negara, Pengadilan Kriminal Internasional mengumumkan peluncuran penyelidikan kejahatan perang setelah dilancarkannya invasi Rusia ke Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus ke Ukraina.
Baca juga: Tentara Rusia Geledah Rumah Warga di Bucha Cari Veteran Perang Donbass, Setelah Itu Dieksekusi
Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.
Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.
Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.
Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.