TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Wang Wen, Dekan Eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang (RDCY) menyatakan, konflik bersenjata Rusia-Ukraina membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya.
Dipublikasikan Russia Today Selasa (19/4/2022), Wang Wen menyatakan, di permukaan itu pertempuran militer antara Kiev dan pasukan Moskow di palagan barat dan selatan.
Namun, pada intinya, konflik Rusia-Ukraina adalah pecahnya konfrontasi total seperti Perang Dingin di Eropa Timur.
Juga merupakan serangan balik skala penuh oleh Rusia terhadap ekspansi strategis AS dan blok militer NATO-nya yang tak ada habisnya.
Baca juga: Rusia Peringatkan Rencana Operasi Palsu Inteijen Ukraina di Odessa
Baca juga: Rusia Mulai Serang Donbass di Ukraina Timur, Apa Alasan dan Pentingnya Wilayah Itu Bagi Putin?
Baca juga: Wajibkan Rubel untuk Bayar Gas Rusia, Strategi Vladimir Putin Hancurkan Dolar AS
Wakil Dekan Sekolah Jalur Sutra Universitas Renmin Cina itu menambahkan, meskipun tak secara resmi mengirim pasukan, AS dan NATO menggunakan segala cara untuk terlibat.
Mereka menjatuhkan sanksi keuangan, blokade informasi, dukungan intelijen, navigasi satelit, dan teknologi udara dan ruang angkasa untuk menekan Rusia secara menyeluruh.
Dalam hampir dua bulan sejak konflik dimulai, barat telah memberlakukan lebih dari 5.000 sanksi terhadap Rusia.
Sanksi ini 50 persen lebih banyak dari yang telah dijatuhkan AS terhadap Iran selama 40 tahun terakhir.
Lebih banyak lagi bantuan militer dan sanksi keuangan dari negara-negara NATO yang sedang disiapkan.
Ini tidak diragukan lagi seperti menuangkan bahan bakar ke api, merangsang Rusia melawan lebih banyak.
Retorika Joe Biden Berdampak Serius
Retorika Presiden AS Joe Biden tentang Presiden Rusia Vladimir Putin agar segera meninggalkan kekuasaan, membuat Moskow memandang ini ancaman sangat serius menyangkut kedaulatan.
Semakin banyak ahli memperkirakan meningkatnya kemungkinan pecahnya Perang Dunia III. Peperangan ini bahkan dapat mengarahperang nuklir.
Situasinya bergerak ke arah bencana global. Putin tidak dapat mentolerir kegagalan, dan Biden tidak mau menyerah, yang akan memaksa Rusia menggunakan senjata nuklir.