TRIBUNNEWS,COM, UKRAINA - Seorang jutawan Ukraina mengatakan dia meminta militer negaranya untuk mengebom rumah barunya, setelah mengetahui propertinya digunakan sebagai pangkalan bagi pasukan Rusia.
Andrey Stavnitser, CEO perusahaan IT Ukraina, mengatakan kepada Good Morning Britain bahwa dia mengetahui pasukan Rusia menyita propertinya di dekat Irpin, Ukraina, awal bulan lalu setelah dia meninggalkan negara itu ke Polandia.
Komentarnya muncul hampir dua bulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, di mana puluhan ribu warga sipil tewas dan banyak kota hancur.
Dilansir dari Newsweek pada Senin (18/4/2022), Stavnitser mengatakan pasukan menerobos rumahnya dan menyandera staf keamanannya dengan, menginterogasi dan membuka pakaian mereka.
Para staf akhirnya, dikirim ke hutan tanpa telepon atau koneksi ke dunia luar.
"Selama dua hari, mereka harus berjalan pulang, tanpa telepon atau koneksi. Setelah dua hari, mereka menghubungi kami dari tempat yang aman dan memberitahu kami apa yang terjadi," katanya.
Stavnitser mengatakan dia kemudian dapat melacak tentara Rusia melalui kamera keamanan kecil yang tertinggal di dalam rumah.
"Mereka menghancurkan sebagian besar kamera di dalam rumah, namun, ada satu webcam kecil amatir yang masih berfungsi dari waktu ke waktu ketika listrik menyala," jelasnya.
Baca juga: Dampak Sanksi Barat, Ekonomi Rusia Mulai Masuk Masa Sulit
Stavnitser mengatakan dia melihat rekaman pasukan menurunkan barang-barang yang dijarah dari rumah orang lain dan membawanya ke rumahnya sendiri.
Dia juga memperhatikan bahwa militer Rusia mulai menggunakan rumahnya, yang terletak di luar Kyiv, sebagai tempat strategis untuk menyerang ibu kota.
"Ada 12 kendaraan militer di wilayah saya, termasuk peluncur roket, granat, dan tornado, yang mereka gunakan untuk menembak ke Kyiv," kata Stavnitser.
"Mereka pada dasarnya mulai menembaki Kyiv dari rumah saya."
Stavnitser mengatakan dia dengan cepat menghubungi militer Ukraina dan meminta mereka untuk menghancurkan rumah itu, meskipun itu baru dan dia telah "berusaha keras" untuk membangunnya.
"Itu adalah keputusan yang jelas bagi saya," katanya kepada program berita Inggris itu.
"Tidak banyak yang dapat Anda lakukan untuk membantu militer Ukraina, dan itu adalah salah satu peluang yang saya miliki," katanya.
"Saya ingin melakukan segala yang mungkin untuk membantu Ukraina menang karena saya pikir kami menjaga keamanan Eropa. Penting bagi kami untuk mengusir mereka (Rusia) dari tanah kami. Itu hanya bagian kecil yang bisa saya lakukan," sambungnya.
Pada Senin (18/4/2022), Rusia mulai menerobos ke wilayah Donbas timur Ukraina, setelah menghadapi oposisi Ukraina yang sengit di fase pertama perang.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa "sebagian besar dari seluruh tentara Rusia sekarang fokus pada serangan ini". Dia memohon kepada negara-negara Barat untuk memberikan bantuan militer lebih lanjut untuk mencegah serangan.
Stavnitser menggemakan permohonan itu dalam wawancara Good Morning Britain, mengatakan berita bahwa saat ini, hal terpenting yang dibutuhkan Ukraina adalah dukungan militer.
"Kami sangat tangguh dan berani, namun kami kalah jumlah. Orang-orang ini masih tentara yang besar dan kami masih negara kecil dengan tentara yang relatif kecil. Jadi kami membutuhkan bantuan militer sebanyak mungkin," katanya.
Stavnitser menambahkan bahwa Zelensky, yang dia kenal secara pribadi, telah menjadi pemimpin yang kuat dan berani.
"Saya harus mengatakan bahwa orang ini luar biasa. Dia benar-benar mengatur tempo untuk semua orang, terutama untuk militer. Dia memiliki banyak keberanian, dia sangat berani. Sejujurnya saya sangat bangga memiliki presiden seperti itu," kata dia.
Newsweek yang melaporkan berita ini menghubungi kementerian luar negeri Rusia untuk memberikan komentar.
Jarah Toko dan Bank
Di awal pendudukan Rusia di Ukraina, juga muncul video yang beredar di media sosial tentara Rusia menjarah bank dan toko kelontong di Ukraina.
Satu video yang beredar luas di Twitter mengklaim tentara Rusia bersenjata mengambil barang dari supermarket Ukraina.
Tidak segera jelas di mana insiden itu terjadi, sementara Newsweek yang pertama melaporkan kabar ini masih berusaha memverifikasi detailnya.
Sementara itu, video lain menuduh tentara Rusia membobol sebuah bank di wilayah Kherson, Ukraina.
Para tentara mencuri brankas dari bank, menurut reporter Alec Luhn dalam cuitannya terkait sebuah video di Twitter, mengutip militer Ukraina.
Kejadian itu terjadi setelah AS dan sekutunya pada Sabtu (26/2/2022) bermanuver untuk memangkas bank-bank utama Rusia dari sistem pembayaran SWIFT, dalam sanksi terbaru terhadap Moskwa karena melanjutkan serangannya terhadap Ukraina.
"Kami akan meminta pertanggungjawaban Rusia dan secara kolektif memastikan bahwa perang ini merupakan kegagalan strategis bagi Putin," kata para pemimpin Komisi Eropa, Perancis, Jerman, Italia, Inggris Raya, Kanada, dan AS dalam pernyataan bersama.
“Bahkan di luar tindakan yang kami umumkan hari ini, kami siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas serangannya terhadap Ukraina.”
Sumber: Newsweek/Kompas.com