TRIBUNNEWS.COM - Puluhan warga sipil yang tewas selama pendudukan Rusia di Kota Bucha, Ukraina, terbunuh oleh panah logam kecil dari jenis peluru yang ditembakkan artileri Rusia.
Ahli patologi dan koroner yang melakukan pemeriksaan postmortem pada mayat di kuburan massal di Bucha, mengaku menemukan panah logam kecil (fléchettes) yang tertanam di kepala dan dada.
"Kami menemukan beberapa benda yang sangat tipis, seperti paku di tubuh pria dan wanita dan begitu juga rekan-rekan saya yang lain di wilayah itu," terang Vladyslav Pirovskyi, seorang dokter forensik Ukraina kepada Guardian.
"Sangat sulit untuk menemukan mereka (panah) itu di dalam tubuh, mereka terlalu kurus. Mayoritas jasad ini berasal dari wilayah Bucha-Irpin," tambahnya.
Baca juga: Putin Beri Penghargaan kepada Brigade Militer Rusia yang Dituduh Bantai Warga Bucha Ukraina
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-61, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Pakar senjata independen yang meninjau gambar panah logam tersebut mengonfirmasi bahwa itu adalah fléchettes.
Ini merupakan senjata anti-personil yang kerap digunakan selama era Perang Dunia I.
Anak panah logam kecil ini terkandung dalam tangki atau cangkang senjata lapangan.
Setiap cangkang dapat berisi hingga 8.000 fléchette.
Setelah ditembakkan, peluru akan meledak di atas tanah.
Sistem pengiriman dan metode peluncuran fléchette bervariasi, dari satu tembakan, hingga ribuan dalam satu putaran ledakan.
Fléchette yang umumnya sepanjang antara 3cm-4cm, terlepas dari cangkang dan menyebar dalam lengkungan berbentuk kerucut dengan lebar sekitar 300m dan panjang 100m.
Ketika berbenturan dengan tubuh, anak panah dapat membengkok menjadi kail, sedangkan bagian belakang anak panah, yang terbuat dari empat sirip, sering terlepas sehingga menyebabkan luka kedua.
Menurut sejumlah saksi di Bucha, peluru fléchette ditembakkan oleh artileri Rusia beberapa hari sebelum pasukan mundur dari daerah itu pada akhir Maret.
Svitlana Chmut, seorang penduduk Bucha, mengatakan bahwa ia menemukan beberapa fléchette yang tertancap di mobilnya.
"Jika Anda melihat lebih dekat di tanah di sekitar rumah saya, Anda akan menemukan lebih banyak lagi," kata Chmut, 54, dikutip dari Washington Post.
Chmut menemukan proyektil di mobilnya pada pagi hari tanggal 25 atau 26 Maret, setelah malam penyerangan yang intens di kedua sisi.
Fléchette tidak akan menimbulkan bahaya bagi orang-orang di dalam gedung.
Meskipun kelompok hak asasi manusia telah lama meminta pelarangan peluru fléchette, amunisi tersebut tidak dilarang menurut hukum internasional.
Namun, penggunaan senjata mematikan yang tidak tepat di wilayah sipil berpenduduk padat merupakan pelanggaran hukum humaniter.
Neil Gibson, ahli senjata dari Fenix Insight di Inggris mengatakan panah itu mungkin berasal dari peluru artileri 122 mm 3Sh1 yang merupakan salah satu dari beberapa amunisi Rusia yang membawa proyektil.
Gibson sendiri telah meninjau foto-foto peluru artileri yang ditinggalkan oleh pasukan Rusia.
Mayor Volodymyr Fito, juru bicara komando pasukan darat Ukraina, mengatakan militer Ukraina tidak menggunakan peluru dengan fléchette.
"Proyektil lain yang tidak biasa dan jarang terlihat," kata Gibson di Twitter.
"Kali ini adalah proyektil anti-personil (APERS) seri Rusia yang setara dengan 'Beehive', ini beroperasi seperti proyektil pecahan peluru, tetapi diisi dengan fléchette dan pengikat lilin."
Fléchettes digunakan sebagai senjata balistik sejak Perang Dunia I.
Peluru ini dijatuhkan dari pesawat untuk menyerang infanteri, karena anak panah logamnya yang mampu menembus helm.
Fléchettes tidak banyak digunakan selama Perang Dunia II, tetapi muncul kembali dalam perang Vietnam ketika AS menggunakan versi muatan fléchette, dikemas ke dalam gelas plastik.
"Fléchettes adalah senjata anti-personil yang dirancang untuk menembus vegetasi lebat dan untuk menyerang sejumlah besar tentara musuh," menurut Amnesty International.
Baca juga: Rusia Disebut Kerahkan Peluncur Rudal Iskander-M di Perbatasan Ukraina
Baca juga: Rusia Disebut Hanya Miliki 30% Rudal Tersisa, Ukraina akan Dapat Pasokan Senjata dari 19 Negara
Amunisi ini telah dilarang digunakan di wilayah sipil.
Pasukan Rusia merebut Bucha, kota yang berada 30km di barat laut Ibu kota Kyiv, setelah pertempuran sengit beberapa hari sejak invasi dimulai pada Februari.
Pasukan Putin ini diperintahkan mundur dari wilayah tersebut pada akhir Maret.
Tidak lama setelah itu, kuburan massal berisi ratusan mayat warga sipil ditemukan.
Rusia dituding melakukan pembantaian di Bucha, meskipun pihaknya terus membantah.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)