Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM – Dalam konferensi pers yang dilakukan di Jenawa pada Selasa (26/7/2022, Kepala bantuan PBB, Martin Griffiths menyebut bahwa 2 juta anak di wilayah Tanduk Afrika terancam mengalami krisis kelaparan.
Dikutip dari Reuters wilayah tanduk tersebut diantaranya meliputi Kenya, Ethiopia hingga Somalia. Kelaparan massal ini terjadi imbas dari adanya kekeringan hebat yang menimpa wilayah tersebut selama lebih dari empat puluh tahun terakhir.
Baca juga: Dana Amal Rp 14 Miliar Dikucurkan Bantu Keluarga yang Hidup dalam Kelaparan
Kondisi tersebut makin diperparah dengan adanya perubahan iklim yang drastis hingga memicu gelombang panas serta peningkatan suhu, sehingga membuat curah hujan sulit turun di tiga wilayah tersebut.
"Salah satu keadaan darurat yang disebabkan oleh iklim terburuk dalam sejarahnya," ujar Griffiths.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan persedian air di wilayah Tanduk Afrika mengalami penipisan hingga menghancurkan berbagai populasi tanaman di Afrika.
Baca juga: Tentara Rusia Terancam Kelaparan dan Kekurangan Amunisi, Putin Dikhawatirkan Gunakan Senjata Kimia
Griffiths mencatat sejauh ini sudah lebih dari 15 juta orang di wilayah tersebut mengalami tingkat kelaparan yang tinggi. Bahkan sekitar 3 juta hewan ternak mengalami kematian tak wajar.
Prihatin dengan kondisi ini lantas membuat para anggota konferensi PBB terketuk untuk menggalang dana senilai 1,4 miliar dolar AS. Dimana Uni Eropa yang merupakan tuan rumah dari acara tersebut menyumbang sebesar 674,40 juta dolar AS, sementara Kanada menyuntikan bantuan pendanaan sebanyak 73 juta dolar AS.
Bantuan tersebut sengaja dikumpulkan untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, demi mencegah makin meningkatnya angka kematian akibat dari kelaparan pada beberapa kawasan krisis pangan Afrika.