TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Seorang tentara bayaran Inggris yang bertempur di Ukraina meminta siapapun berpikir ulang sebelum pergi ke Ukraina.
Andrew Hill, warga negara Inggris ditangkap pasukan Rusia di wilayah Nikolaev yang terletak di barat daya Ukraina.
Kepalanya terluka, dan juga tangan kirinya harus digips dan digendong karena luka berat dalam pertempuran.
Kiev menyerukan orang asing datang ke Ukraina untuk bertempur melawan Rusia. Moskow percaya setidaknya 7.000 tentara bayaran dari lebih dari 60 negara menjawab panggilan tersebut.
Dalam video yang direkam Kementerian Pertahanan Rusia dan dipublikasikan, Andre Hill menyerukan siapapun tidak memenuhi panggilan pemerintah Kiev.
"Anda benar-benar harus memikirkannya," kata Andrew Hill dalam video yang dikutip Sputniknews.com, Sabtu (30/4/2022).
Baca juga: Rusia Rilis Daftar 100 Tentara Bayaran Asal Inggris yang Ikut Perang Membela Ukraina
Baca juga: Sederet Taktik Amerika demi Melihat Kekalahan Tentara Rusia di Perang Ukraina, Apa Saja?
Baca juga: Kanada Latih Tentara Ukraina Cara Gunakan Artileri Howitzer
Tidak jelas apakah Hill dalam posisi dipaksa membuat pernyataan itu atau sukarela.
Dalam video tersebut, terlihat tangan kirinya dibalut perban dan tangan kanannya berlumuran darah.
Tentara bayaran itu mengatakan dia menerima pertolongan pertama dari tentara Rusia dan diyakinkan interogator dia akan menerima bantuan lebih lanjut.
Hidupnya pun diyakinkan tidak dalam bahaya. Warga Inggris itu mengatakan dia memasuki Ukraina melalui perbatasan Polandia, mungkin di dekat kota Rzeszow.
Dia bergabung sekelompok tujuh tentara bayaran lainnya, tetapi selain itu tidak bisa berkata banyak. Ia tidak banyak menerima informasi, dan tidak tahu siapa yang memerintah mereka.
Hill juga mengatakan meskipun banyak janji akan dibayar untuk kehadirannya, tidak ada seorang pun dari kelompoknya yang pernah menerima uang dari Ukraina.
Warga negara Inggris itu memiliki empat anak dan seorang pasangan yang menunggunya di Inggris. Rusia tidak menjelaskan seberapa cepat Hill akan dipulangkan ke Inggris.
Perkembangan lain, Moskow menegaskan setiap senjata yang tiba di Ukraina dari barat adalah target sah bagi angkatan bersenjata Rusia.
Penegasan disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Diplomat top Rusia juga menyatakan Moskow mengetahui rute yang digunakan untuk memasok senjata ke pihak Ukraina.
Pada Kamis (28/4/2022), DPR AS meloloskan RUU untuk memungkinkan Biden terlibat dalam kesepakatan pinjam meminjam peralatan militer dengan Ukraina dan negara-negara Eropa Timur lainnya.
Pemerintahan Biden telah memberi Ukraina bantuan keamanan senilai $3,4 miliar, termasuk lebih dari 5.500 rudal antitank, sejak Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina pada akhir Februari.
Rusia telah berulang kali mengecam aliran senjata yang terus-menerus ke Ukraina dari barat, dengan mengatakan hal itu menambah bahan bakar ke api dan menggagalkan proses negosiasi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pekan lalu kementerian telah mencatat semua negara yang menyediakan senjata mematikan bagi Ukraina.
Rusia melancarkan operasi militer dengan tujuan untuk mengakhiri kejahatan perang yang dilakukan pasukan Ukraina terhadap warga sipil selama serangan delapan tahun terhadap orang-orang Donbass.
Peringatan Mantan Presiden Dmitri Medvedev
Mantan Presiden Rusia Dmitri Medvedev memperingatkan Jerman setelah parlemen negara itu menyetujui pengiriman senjata berat ke Ukraina
Medvedev, yang menjabat Presiden Rusia dari 2008 hingga 2012, menyinggung bagaimana akhir Perang Dunia II bagi Jerman di masa lalu.
Lewat kanal Telegramnya, Medvedev memperingatkan sikap parlemen Jerman sekarang akan berakhir menyedihkan bagi mereka.
Sekutu dekat Presiden Vladimir Putin saat ini adalah Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia.
Pernyataan Medvedev muncul tak lama setelah Bundestag Jerman meloloskan mosi yang menuntut pemerintah federal di Berlin mengirimkan persenjataan berat dan lebih kompleks ke Kiev.
Dukungan itu diharapkan memperkuat Ukraina sehingga lebih siap empertahankan diri menghadapi serangan Rusia.
Dalam keputusan yang proposalnya berjudul "Pertahankan perdamaian dan kebebasan di Eropa, dukungan komprehensif untuk Ukraina," dokumen itu didukung 586 anggota parlemen.
Hanya ada 100 suara menentang dan tujuh abstain. Proposal itu didiusulkan koalisi yang berkuasa dan oposisi demokratik Kristen.
Mosi tersebut menyerukan percepatan pengiriman senjata yang lebih efektif, juga lebih berat dan sistem yang lebih kompleks oleh Jerman.
Anggota parleme Jermann, memberi catatan pengiriman senjata tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kemampuan pertahanan Jerman sendiri.
Selama debat pengambilan keputusan, anggota parlemen dari sayap kanan alternatif Jerman dan partai kiri, menentang proposal tersebut.
Selain seruan agar persenjataan berat diberikan ke Ukraina, mosi tersebut juga mendukung semua langkah yang telah diambilpemerintahan Olaf Scholz.
Termasuk sanksi terhadap Rusia dan bantuan dalam penyelidikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina.
Selain itu, anggota parlemen mendukung dorongan pemerintah Jerman untuk membuat negara itu tidak terlalu bergantung pada energi Rusia.
“Bundestag Jerman mengutuk perang agresif brutal Rusia melawan Ukraina dengan cara yang sekuat mungkin,” bunyi mosi tersebut.
Dokumen itu juga menuduh Kremlin melanggar hukum humaniter internasional secara terang-terangan, serta berusaha menghancurkan tatanan perdamaian Eropa secara permanen.
Pada Selasa, Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengumumkan pemerintah di Berlin memberikan lampu hijau pengiriman senjata anti-pesawat self-propelled ke Ukraina.
Dia menyampaikan kabar itu selama pembicaraan bersama Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di pangkalan udara Amerika Ramstein di negara bagian Rhineland-Palatinate Jerman.
Lambrecht menjelaskan Ukraina akan memesan perangkat keras dari pabrikan Jerman dan Jerman akan membayarnya.
Untuk mendanai skema tersebut, Berlin akan mengalokasikan sekitar dua miliar euro.
Menurut laporan di media Jerman, perusahaan pertahanan Krauss-Maffei Wegmann bisa mengirimkan sebanyak 50 senjata antipesawat self-propelled tipe Gepard.
Senjata ini telah dinonaktifkan militer Jerman pada 2010, tetapi masih ada di stok Gudang senjata mereka.
Dirancang untuk menembak jatuh rudal jelajah dan pesawat, perangkat keras ini juga dapat menyerang target di darat.
Pejabat Jerman tidak mengungkapkan tanggal pasti kapan Kiev bisa menerima Gepards.
Beberapa media Jerman, melaporkan perangkat keras pertama-tama harus diperbaharui oleh pabrikan, sebelum dapat dikirim ke Ukraina.
Pengiriman yang akan datang direncanakan menggunakan skema pertukaran, di mana negara-negara Eropa timur menyumbangkan persenjataan berat buatan Soviet mereka ke Ukraina.
Selanjutnya Ukraina nanti akan menerima perangkat keras militer dari Jerman sebagai gantinya. Berlin juga berjanji membantu militer Ukraina dalam hal pelatihan.
Sebelumnya pada April, muncul laporan di beberapa media Jerman yang menunjukkan produsen senjata Rheinmetall negara itu siap untuk menjual 88 tank Leopard yang dinonaktifkan ke Ukraina.
Penjualan itu berikut amunisi, suku cadang, dan peralatan. Perusahaan dilaporkan menunggu persetujuan pemerintah Jerman untuk melanjutkan pengiriman.
Rusia, pada bagiannya, telah berulang kali mengkritik pasokan senjata NATO ke Ukraina, bersikeras mereka menghambat prospek perdamaian di negara itu.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/xna)