Para petugas itu dilaporkan diberi hadiah masing-masing 5.000 yuan.
Media pemerintah mengatakan pasien lanjut usia telah dipindahkan ke rumah sakit dan menerima perawatan.
Insiden ini memicu kemarahan dan kehebohan publik China, di tengah gelombang Omicron dan aturan ketat pemerintah.
Selain itu, muncul kekhawatiran dengan sistem medis di kota yang kewalahan karena kasus Covid-19.
"Panti jompo dan pusat perawatan akan menjadi tempat terakhir bagi banyak lansia, terutama beberapa lansia kesepian yang tidak punya pilihan," kata seorang warganet.
"Siapa yang berani mengirim orang tua mereka ke panti jompo sekarang? Dan siapa yang berani tinggal di panti jompo dengan ketenangan pikiran?" tambahnya.
Otoritas Shanghai berusaha menghindari kebijakan lockdown, namun hal ini akhirnya diberlakukan sejak awal April lalu.
Dalam praktiknya, penguncian Covid-19 di Shanghai mengakibatkan warga kekurangan makanan, masalah pengiriman, hingga protes dari publik.
Baru-baru ini juga beredar video tentang seorang pria yang mengaku sebagai pekerja di Shanghai yang menghentikan truk dan mengemis makanan.
"Orang Shanghai, tidak ada satu orang pun yang peduli dengan kita. Jaga kami! Mengungkapkan ini! Bantu saya mengekspos ini! saya seorang pekerja. Aku akan mati kelaparan!" kata pria dalam video itu, menurut terjemahan oleh blog Chuang.
Pada Sabtu lalu, otoritas mengurangi penguncian bagi 15 juta penduduk karena penyebaran virus terpusat di fasilitas karantina.
Namun pada Senin, 58 kasus baru Covid-19 terdeteksi.
Pada Minggu, penduduk di Ningbo, selatan Shanghai, harus dites negatif Covid-19 setiap 48 jam jika ingin menggunakan transportasi umum atau memasuki tempat-tempat umum.
Di Beijing, pihak berwenang juga menghindari penerapan penguncian massal dan fokus pada tes massal serta aturan ketat.
Baca juga: Rugi Hingga Rp7 Juta Karena Covid-19, Sri Bersyukur Kini Dapat Berjualan Bunga Lagi
Baca juga: Serbia Pamer Rudal Baru dari China di Tengah Perang Rusia-Ukraina