TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Evgeny Norin, seorang sejarawan Rusia yang berfokus pada perang Rusia dan politik internasional menulis kilas balik tragedi Odessa 2 Mei 2014.
Tulisan panjang berikut ini dialihbahasakan dari artikel yang ditulis Norin dan dipublikasikan di portal Russia Today, Senin (2/5/2022).
Menurut Norin, peristiwa mematikan di Odessa itu jadi titik balik melawan persekusi rezim Ukraina. Puluhan orang tewas pada peristiwa itu, dan pelakunya tak pernah ditemukan.
Odessa adalah kota bersejarah penting di barat daya Ukraina. Meskipun barat tidak melihatnya seperti itu, bagi Rusia dan Republik Donbass yang baru terbentuk, petaka di kota itu bermakna simbolik.
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Baca juga: Media Barat Kompak Tutupi Sepak Terjang Batalyon Azov Neo-Nazi Ukraina
Baca juga: Rusia Temukan Jejak Kekejaman Batalyon Neo-Nazi Azov di Bandara Mariupol
Baca juga: Rusia Peringatkan Rencana Operasi Palsu Inteijen Ukraina di Odessa
Dari akhir 2013 hingga awal 2014, konflik antara pemerintah Ukraina yang dipimpin Presiden Viktor Yanukovich dan oposisi pro-barat sedang berlangsung di Kiev, ibu kota Ukraina.
Rangkaian aksi tergelar dan dijuluki 'Euromaidan'. Sementara itu di Odessa, kota pelabuhan di Laut Hitam, serangkaian aksi juga digelar dalam skala lebih kecil.
Bentrokan terjadi sesekali antara polisi dan pendukung Euromaidan dan mereka yang mendukung pemerintahan yang dianggap pro-Rusia.
Kelompok pro-Yanukovich ini dijuluki gerakan 'Anti-Maidan'. Banyak orang Ukraina tidak menyambut Euromaidan, dan mereka punya alasan.
Penduduk Odessa memiliki ikatan kuat dengan Rusia. Ketika Ukraina memperoleh kemerdekaan pada 1991, sejumlah besar etnis Rusia tinggal di Odessa.
Mereka memiliki kerabat di Rusia. Kota ini dibangun pada masa pemerintahan Catherine Agung dan selalu dilihat sebagai bagian integral sejarah Rusia.
Dengan demikian, nasionalisme agresif Euromaidan sebagian besar tidak populer di sana dan banyak penduduk setempat ketakutan.
Euromaidan dan Anti-Maidan di Odessa mulai membentuk organisasi paramiliter paralel. Dipersenjatai tongkat primitif, helm pengendara motor, dan senjata rakitan, kelompok-kelompok ini dilatih untuk pertempuran jalanan.
Pada awalnya, tidak ada yang mencari pertarungan sampai mati. Kaum radikal belum mendapatkan peran utama dalam kedua gerakan tersebut.
Di Odessa, para aktivis Anti-Maidan mulai berkumpul di Lapangan Kulikovo, sebuah alun-alun dekat Rumah Serikat Buruh Odessa di pusat sejarah kota.
Orang-orang datang untuk berkumpul, mendiskusikan berita, dan bahkan bernyanyi bersama. Itu adalah kerumunan yang sangat beragam, dari anak-anak muda yang energik hingga orang tua.
Aktivis Antimaidan Odessa
Mereka yang berkumpul di sana tidak secara resmi disatukan ideologi tertentu. Orang bisa bertemu dengan aktivis Ortodoks Rusia, Cossack, dan sejumlah kelompok yang lebih kecil.
Gerakan ini dipimpin politisi lokal pro-Rusia dan kiri, seperti aktivis Anton Davidchenko dan saudaranya Artyom.
Tuntutan mereka sangat moderat, untuk melindungi bahasa Rusia, memberikan otonomi ekonomi wilayah timur, melindungi warisan sejarah Rusia dan Soviet, memastikan monumen tidak dirusak, membiarkan wilayah timur memilih hakimnya sendiri.
Tapi Ukraina dalam kekacauan, dan program ini tampak sangat konfrontatif bagi kaum nasionalis Ukraina atau Euromaidan.
Pada 3 Mei 2014, setelah Yanukovich telah melarikan diri ke Rusia dan Moskow mengambilalih Krimea, Vladimir Nemirovsky, seorang politisi nasionalis, menjadi kepala wilayah Odessa.
Dia bermaksud menindak keras segala bentuk protes. Membubarkan aksi di kamp Lapangan Kulikovo adalah poin kunci agendanya.
Ketegangan meningkat secara bertahap sepanjang Maret dan April. Setelah pemberontakan bersenjata pecah di Donetsk dan Lugansk, aktivis Euromaidan mendirikan pos pemeriksaan di semua jalan menuju Odessa.
Tidak ada yang tahu siapa atau apa yang mereka jaga, tetapi sekitar 500 orang, bahkan tidak semuanya dari Odessa, menjaga pos pemeriksaan yang sangat aneh ini.
Pada akhir April, Nemirovsky mengumumkan unit Pertahanan Teritorial, yang pada dasarnya adalah cadangan militer, telah dibawa ke Odessa.
Bus-bus militer tiba di wilayah itu pada waktu itu. Mereka menyebar ke seluruh wilayah. Mereka datang dari arah Kiev.
Unit-unit nasionalis bermunculan, mempersenjatai diri menggunakan granat tangan dan bom molotov.
Kelompok Anti-Maidan menemukan dirinya dalam situasi yang sulit. Para pemimpin Anti-Maidan berusaha memindahkan ppusat aksi ke tugu peringatan Perang Dunia II.
Namun, transisi berlangsung tidak mulus. Meskipun polisi dan gubernur tidak ingin tangan mereka kotor, ada cukup banyak 'sukarelawan' yang mau menangani masalah mereka sendiri.
Pertandingan sepak bola melawan tim dari Kharkov, sebuah kota di timur laut Ukraina, dijadwalkan pada 2 Mei, dan Odessa dibanjiri penggemar sepak bola radikal.
Kelompok Anti-Maidan merasakan pusat gerakan mereka akan dihancurkan. Pemberontak mulai mengambil alih satu demi satu kota di Donbass.
Orang-orang di Krimea antusias menyambut militer Rusia. Ini memberi rasa optimisme aktivis Antimaidan di Odessa akan mudah meraih kemenangan.
Pada 2 Mei, para penggemar sepak bola dari Kharkov berbaris melalui Odessa ke stadion dengan slogan “untuk persatuan di Ukraina.”
Aktivis Euromaidan menyatakan ini akan menjadi demonstrasi damai, tetapi penganut Anti-Maidan yakin pawai hanya akan menjadi kedok untuk taktik kekerasan.
Dini hari 2 Mei, Sergey Dolzhenkov, pemimpin kelompok keamanan Anti-Maidan dan mantan perwira polisi, menghubungi seorang anggota parlemen lokal untuk meminta agar pawai dibatalkan.
“Orang-orang melihat apa yang terjadi di Kharkov, Kherson, dan Donetsk. Suporter sepak bola tidak terkendali. Kita harus memastikan tidak ada pertumpahan darah. Tidak ada pawai – tidak ada pertumpahan darah,” katanya.
“Saya berada di Kulikovo Field pada 1 Mei, dan Artyom Davidchenko (pemimpin Anti-Maidan di Odessa) mengumumkan Right Sector (organisasi ultra-nasionalis Ukraina) akan hadir, mereka akan menghancurkan kamp Lapangan Kulikovo. Kita harus melawan mereka,” kenang Maxim Firsov, aktivis gerakan sayap kiri Borotba.
Dolzhenkov dan kelompok Anti-Maidan-nya memiliki pasukan yang terbatas. Secara resmi, ada banyak orang di kamp, tetapi mayoritas adalah wanita dan orang tua, yang tidak akan bisa bertarung.
Bahkan, mereka perlu dilindungi. Itu sebabnya Dolzhenkov memutuskan menemani pawai dengan beberapa anak buahnya, sambil menjaga jarak.
Tidak semua orang di kubu Anti-Maidan menyukai rencana ini, tetapi Dolzhenkov adalah seorang pria lebih memilih menghadapi lawan secara langsung.
Polisi dan Dinas Keamanan Ukraina tahu apa yang terjadi tetapi tidak berencana untuk ikut campur. Pada 2 Mei, Artyom Davidchenko bertemu dua agen berdiskusi.
Pada 1 Mei, para aktivis dari kedua kelompok mengantisipasi perkelahian, tetapi tidak ada yang menduga apa yang sebenarnya terjadi.
Bertarung di Jalan Grecheskaya
Pada pagi hari 2 Mei, sebuah kereta di luar jadwal membawa sekitar 500 penggemar sepak bola Kharkov ke Odessa.
Bersamaan mereka, tibalah kelompok-kelompok Pro-Euromaidan yang tidak ada hubungannya dengan sepak bola tetapi dipersenjatai dengan peralatan pertempuran jalanan, termasuk baju besi dan senjata pribadi.
Perlawanan Antimaidan Dimulai
Sore harinya, mereka mulai berkumpul di Cathedral Square di pusat Odessa. Sekelompok Anti-Maidan berkekuatan 150 hingga 300 orang berangkat dari Lapangan Kulikovo, yang berjarak sekitar 30 menit berjalan kaki.
Meskipun kalah jumlah dengan 2.000-3.000 pejuang dan penggemar Euromaidan, Dolzhenkov tetap membimbingnya ke arah Cathedral Square.
Polisi Odessa menolak campur tangan dalam peristiwa tersebut. Pasukan utamanya sekitar 700 petugas menjaga stadion, sementara sekitar 80 mengikuti aktivis Anti-Maidan dan 60 mengawasi Lapangan Kulikovo.
Petugas polisi berpangkat tinggi telah dipanggil rapat dan diperintahkan mematikan telepon mereka. Satu unit kecil polisi mencoba memblokir kelompok Dolzhenkov.
Sementara itu, kerumunan yang bersemangat telah berkumpul di Cathedral Square dengan membawa tongkat, perisai, helm, bom molotov, dan pistol peluru karet.
Pukul tiga sore, aktivis Anti-Maidan dari Kulikovo mencapai Lapangan Katedral melalui Jalan Grecheskaya yang berdekatan.
Lalu digambarkan, kelompok Anti-Maidan menyerang ultras Ukraina. Tapi melihat angkanya, 300 orang menyerang gerombolan yang 10 kali lipat lebih banyak, menjadi gambaran yang tidak nalar.
Beberapa penggemar sepak bola melihat para aktivis Anti-Maidan mendekati dan melibatkan mereka.
Pertarungan sebenarnya diprakarsai dua kelompok kecil anak buah Dolzhenkov dan kerumunan aktivis Euromaidan.
Kontingen utama pada awalnya tidak melakukan apa-apa, menjaga jarak, tetapi ini cukup untuk memicu konflik.
Dengan barisan polisi yang tipis di antara mereka, pada awalnya kedua pihak saling melempar batu. Tapi keuntungan jumlah Euromaidan luar biasa dan Anti-Maidan dengan cepat menjadi defensif.
Sebagian besar petugas menghadap ke sisi Euromaidan, yang melemparkan batu bata, batu, dan bom molotov. Polisi mulai menembakkan senapan angin dan peluru karet hampir dari awal.
Bagi Euromaidan, pertengkaran di Jalan Grecheskaya itu lucu tetapi tidak menghasilkan apa-apa, jadi beberapa aktivis pergi ke Jalan Deribasovskaya yang paralel.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)