"Hanya 2 persen orang Afrika yang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis yang menerima diagnosis dan hanya 0,1 persen yang menerima pengobatan," kata WHO.
Benua ini juga tertinggal dari negara-negara lain di dunia dalam hal vaksinasi Hepatitis B.
Karena hanya sekitar 11 persen bayi baru lahir yang telah menerima vaksin dosis lahir, yang diklaim sebagai cara tercepat untuk mengurangi prevalensi.
Di Uganda, Dr Beyagira mengatakan bahwa vaksinasi bayi yang merupakan bagian dari Program Imunisasi Nasional Uganda dan dimulai pada 2002 silam, telah mencapai cakupan lebih dari 90 persen.
Namun, kurangnya vaksin Hepatitis B pada dosis lahir (HepB-BD) dan kesenjangan pengetahuan diantara para tenaga kesehatan telah menjadi hambatan dalam memerangi penyakit ini.
"Uganda belum memiliki BD HepB, Kelompok Penasihat Teknis Imunisasi Nasional Uganda baru menyetujui pengenalannya pada April 2022," jelas Dr Beyagira.
Ia kemudian menyampaikan bahwa sekitar 3.000 kasus infeksi virus Hepatitis B (HBV) kronis baru terjadi di Uganda sebagai akibat dari penularan 'ibu ke anak'.
"Untuk memenuhi target WHO yakni prevalensi Hepatitis B kurang dari 0,1 persen diantara anak usia 5 tahun pada 2030, diperlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk pengujian virus Hepatitis B pada ibu hamil dan vaksin hepatitis B dosis lahir untuk semua bayi dalam waktu 24 jam setelah lahir. Kelahiran dan pengobatan ibu dengan viral load tinggi," tegas Dr Beyagira.
Di sisi lain, Direktur Unit Infeksi Menular Seksual dan Hepatitis Viral di Pusat Biomedis Rwanda, Dr Janvier Serumondo mengatakan bahwa untuk memberantas penyakit ini, sasarannya adalah harus melakukan vaksinasi pada anak-anak.
"Jika kita dapat memvaksinasi setiap anak dalam waktu 24 jam setelah mereka lahir, diikuti dengan setidaknya dua dosis tambahan, kita akan memberantas penyakit ini dan kanker terkait," tegas Dr Serumondo.
Sementara itu, Rwanda telah diakui sebagai salah satu negara dengan rencana eliminasi Hepatitis C yang berhasil pada 2019 hingga 2024 dan telah menyaring 4 juta orang atau 60 persen populasi serta merawat 16 persen dari semua kasus kronis.
Negara itu juga telah dipilih diantara enam negara yang akan menjadi percontohan validasi eliminasi virus Hepatitis B dan Hepatitis C oleh WHO.
Eliminasi didefinisikan sebagai pengurangan insiden, 95 persen untuk virus hepatitis B dan 80 persen untuk infeksi virus hepatitis C serta 65 persen pengurangan kematian pada 2030.
Dr Serumondo kemudian menyampaikan bahwa pelatihan 1.500 personel perawatan kesehatan, kampanye penyaringan dan desentralisasi manajemen hepatitis ke tingkat pusat kesehatan terendah di Rwanda telah membantu dalam mengupayakan perjuangan tersebut.