TRIBUNNEWS.COM - Vadim Shishimarin menjadi tentara Rusia pertama yang diadili di ibu kota Ukraina, Kyiv.
Pengadilan berlangsung pada Jumat (14/5/2022), dengan Shishimarin diadili atas kejahatan perang.
Pria berusia 21 tahun ini merupakan anggota divisi tank Kantemirovskaya Pengawal ke-4 Rusia.
Ia didakwa melanggar "undang-undang dan kebiasaan perang yang digabungkan dengan pembunuhan berencana."
Rekaman yang dibagikan media Ukraina menunjukkan tentara Rusia itu diborgol saat memasuki ruang sidang.
Baca juga: Berbicara pada KTT Khusus ASEAN-AS, Jokowi Serukan Perang di Ukraina Dihentikan
Baca juga: Situasi di Medan Perang Semakin Buruk, Ukraina Minta AS Kirim Senjata
Ia mengenakan hoodie biru abu-abu, sementara kepalanya tertunduk.
Dikutip dari BBC, Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova, mengatakan Shishimarin sedang mengendarai kendaraan curian bersama tentara lain di wilayah timur laut Sumy, saat mereka bertemu dengan pengendara sepeda berusia 62 tahun tengah menelepon.
Ia kemudian diperintahkan menembak warga sipil tersebut agar korban tak memberi tahu pembela Ukraina mengenai lokasi mereka, menurut jaksa.
Namun, pernyataan itu tidak menjelaskan bagaimana tentara Rusia itu berakhir di tahanan Ukraina.
Dalam sebuah video yang diposting ke YouTube pada 19 Maret, menunjukkan Shishimarin sedang diwawancarai oleh vlogger Ukraina Volodymyr Zolkin.
Dalam vlogger itu, Shishimarin mengatakan ia ditangkap di Ukraina ketika kelompoknya dikepung saat mereka mencoba memindahkan pasukan terluka kembali ke Rusia.
Shishimarin mengaku dalam sebuah video yang diposting oleh Dinas Keamanan Ukraina, ia telah diperintahkan untuk menembak pria itu di Sumy.
Bahkan jika memang pengakuannya benar, itu tidak membebaskan Shishimarin dari tanggung jawab.
“Fakta bahwa dia menerima apa yang dia tahu sebagai perintah ilegal bukanlah pembelaan hukum di bawah hukum internasional,” kata Dermot Groome, seorang profesor hukum di Penn State dan mantan jaksa kejahatan perang yang telah menjadi penasihat kantor Venediktova, dilansir Washington Post.
Fakta bahwa Shishimarin tampaknya bekerja sama - dan ia masih muda - bisa membuatnya mendapatkan hukuman yang lebih ringan, kata Groome.
Baca juga: Curhat Komandan Batalyon Azov di Azovstal yang Terkepung Pasukan Rusia
Baca juga: Yekaterina, Perempuan yang Berkontribusi dalam Modernisasi Rusia
Shishimarin diwakili oleh pengacara yang ditunjuk pengadilan Ukraina, Victor Ovsyanikov, yang mengatakan kepada AP, kasus terhadap kliennya kuat, tetapi pengadilan masih harus memutuskan bukti apa yang ditunjukkan.
“Bagi saya itu hanya pekerjaan,” kata Ovsyanikov kepada New York Times.
“Sangat penting untuk memastikan hak asasi klien saya dilindungi, untuk menunjukkan bahwa kita adalah negara yang berbeda dengan negara asalnya.”
Tawanan perang memiliki hak untuk diadili oleh pengadilan yang independen dan tidak memihak.
Ukraina juga merupakan bagian dalam Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia, yang memberikan jaminan proses hukum yang kuat, kata Robert Goldman, pakar kejahatan perang dan hak asasi manusia di Universitas Amerika Washington College of Law, kepada The Post minggu ini.
Ukraina telah bergerak maju dengan penyelidikan kejahatan perang bahkan ketika para pemimpin top Rusia, termasuk Presiden Vladimir Putin, tidak akan pernah diadili.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada bulan Maret, badan-badan intelijen AS telah melihat bukti nyata kejahatan perang oleh pasukan Rusia, dan pemerintahan Biden mendukung upaya Ukraina untuk menyelidiki dan menuntut dugaan kejahatan.
Situasi di Ukraina Semakin Memburuk
Seorang anggota parlemen Ukraina meminta Amerika Serikat untuk menyediakan sistem pertahanan udara dan jet tempur ke Ukraina.
Dia mengatakan bahwa situasi di medan perang jauh lebih buruk daripada di awal perang.
Baca juga: Putin Dituduh Rusak Ekonomi Rusia, hingga Disebut Menderita Lantaran Sakit Kanker
Baca juga: Pangsa Pasar Industri Otomotif Rusia Merosot hingga 79 Persen, Ribuan Mobil Mangkrak di Pelabuhan
"Ini adalah neraka di garis depan sekarang," kata Oleksandra Ustinova di meja bundar Dana Marshall Jerman di Washington, Jumat (13/5/2022), seperti dikutip dari CNN.
“Kami terus kehilangan lebih banyak orang sekarang daripada di awal perang.”
Daria Kaleniuk, seorang aktivis masyarakat sipil Ukraina terkemuka, mengatakan beberapa hal yang membuat Ukraina sulit memenangkan perang.
"Kita tidak bisa memenangkan perang ini dengan peralatan Soviet karena A. Rusia memiliki lebih banyak peralatan Soviet, B. kita tidak punya tempat untuk mendapatkan amunisi untuk ini, dan C. Rusia memiliki lebih banyak orang dan lebih banyak pasukan," kata Kaleniuk.
Ustinova mengatakan Ukraina tidak lagi mencari jet tempur MiG era Soviet karena perang telah berubah.
Sebaliknya, dia mengatakan Ukraina membutuhkan Multiple Launch Rocket System (MLRS), howitzer self-propelled Paladin, dan jet tempur seperti F-16 untuk secara efektif melawan Rusia.
Ukraina juga meminta AS untuk mulai melatih pilot Ukraina untuk menggunakan jet semacam itu.
Kaleniuk, yang mengatakan dia baru-baru ini bertemu dengan pejabat pertahanan Ukraina di Kyiv, mencatat bahwa Ukraina memiliki “pilot berpengalaman tempur, yang bersedia dan siap untuk pergi sekarang untuk pelatihan. Mereka bersedia pergi kemarin untuk pelatihan. Tetapi tidak ada keputusan untuk menerima mereka dan menyediakannya karena tidak ada keputusan untuk menyediakan jet tempur.”
AS telah mulai mengirim persenjataan berat ke Ukraina, tetapi belum memberi mereka MLRS atau jet tempur.
Ustinova dan Kaleniuk, yang berada di Washington minggu ini untuk pertemuan, mengatakan bahwa mereka yakin ada kurangnya kemauan politik yang diperlukan bagi pemerintah untuk memutuskan mengirim senjata berat semacam itu dan dengan cepat, dan bahwa masih ada perasaan khawatir memprovokasi Moskow.
Baca juga: Ukraina Terpaksa Timbun Hasil Panen Karena Tidak Bisa Ekspor Pangan ke Negara Lain Akibat Perang
Baca juga: Di Depan Anggota Kongres AS, Jokowi Singgung Perang Ukraina-Rusia
Mereka mencela fakta bahwa butuh waktu lama bagi AS untuk memutuskan mengirim persenjataan berat yang dikirimnya sekarang, dengan Ustinova mengatakan, “jika kami memiliki Howitzer dua bulan lalu, Mariupol tidak akan terjadi karena mereka tidak akan dapat mengepung seperti yang mereka lakukan, untuk mengepung kota dan benar-benar menghancurkannya.”
“Bagi kami waktu berarti nyawa, ribuan nyawa. Kami telah mendengar bahwa belum pernah terjadi sebelumnya seberapa cepat semuanya bergerak dan seberapa cepat keputusan diambil."
"Tapi tidak pernah ada perang sejak Perang Dunia Kedua seperti itu. Dan sayangnya, kami terus meminta di sini untuk mengambil keputusan lebih cepat, ”katanya.
Bantuan Tambahan Ukraina pada 19 Mei
Jika Kongres tidak meloloskan tambahan bantuan Ukraina senilai $40 miliar pada 19 Mei, maka akan mulai memengaruhi kemampuan Amerika Serikat untuk memberikan bantuan militer Ukraina.
Demikian kata juru bicara Pentagon John Kirby selama pengarahan di Pentagon pada hari Jumat.
"19 Mei adalah hari kami benar-benar, tanpa otoritas tambahan, kami mulai tidak memiliki kemampuan untuk mengirim barang baru," kata Kirby.
"Pada 19 Mei, itu akan mulai memengaruhi kemampuan kami untuk memberikan bantuan tanpa gangguan."
Dewan Perwakilan Rakyat meloloskan tambahan $40 miliar minggu ini, tetapi Senat gagal meloloskan RUU tersebut setelah Senator Rand Paul memblokir pengesahannya.
Paul, seorang Republikan dari Kentucky, menginginkan lebih banyak pengawasan tentang bagaimana dana akan dibelanjakan sebelum menyetujui untuk membiarkan RUU itu pergi ke lantai Senat untuk pemungutan suara.
Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer telah memulai langkah-langkah prosedural untuk mengesampingkan keberatan Paul, tetapi RUU itu kemungkinan tidak akan disahkan paling cepat minggu depan.
Masih ada "sekitar $100 juta dolar tersisa dalam pendanaan otoritas penarikan presiden saat ini", kata Kirby.
Kirby menambahkan, dana itu belum dialokasikan atau diumumkan.
"Kami ingin mendapatkan persetujuan dari lembaga tambahan pada minggu ketiga bulan ini, sehingga kami dapat melanjutkan aliran bantuan dan bantuan ke Ukraina tanpa gangguan."
"Tentu saja, kami akan bertindak sesegera mungkin untuk melakukannya. Jadi kita tidak perlu menunggu hingga akhir Mei," kata Kirby.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Situasi di Medan Perang Semakin Buruk, Ukraina Minta AS Kirim Senjata
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Yurika)