Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Rusia diduga melancarkan invasinya ke Ukraina untuk menguji coba teknologi baru senjata laser penghancur drone di medan perang melawan pasukan Ukraina.
Senjata laser terbaru itu diberi nama Zadira.
Pemerintah Rusia mengatakan, sedang menggunakan gelombang baru senjata laser untuk melawan teknologi Barat yang membantu pertahanan Ukraina.
Wakil Perdana Menteri Yury Borisov seperti dikutip Reuters, Kamis (19/5/2022) menyatakan militer Rusia menggunakan prototipe senjata laser penghancur drone, Zadira.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2018 meluncurkan rudal balistik antarbenua, drone nuklir bawah air, senjata supersonik, dan senjata laser.
Putin menyebut senjata itu bernama Peresvet, yang dinamai dari seorang biarawan Ortodoks pada abad pertengahan, yakni Alexander Peresvet yang tewas dalam pertempuran.
Yury Borisov, wakil perdana menteri yang bertanggung jawab atas pengembangan militer, mengatakan Peresvet sudah digunakan secara luas dan dapat membutakan satelit dengan jangkauan hingga 1.500 km di atas bumi.
Borisov mengatakan sudah ada sistem yang lebih kuat dari Peresvet yang bisa membakar drone dan peralatan lainnya.
Borisov mengutip sebuah tes pada hari Selasa yang katanya telah membakar drone sejauh 5 km dalam waktu lima detik.
"Jika Peresvet membutakan, maka senjata laser generasi baru mengarah pada penghancuran fisik target, penghancuran termal, dan membakar objek sasaran," kata Borisov kepada televisi pemerintah Rusia.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengejek dan membandingkan berita tentang laser tersebut dengan apa yang disebut sebagai senjata ajaib yang diungkapkan Nazi Jerman dalam upaya untuk mencegah kekalahan dalam Perang Dunia Kedua.
"Semakin jelas mereka tidak memiliki peluang dalam perang, semakin banyak propaganda tentang senjata luar biasa yang akan sangat kuat untuk memastikan titik balik," kata Zelenskiy dalam sebuah pidato.
"Jadi kita melihat di bulan ketiga perang skala penuh, Rusia mencoba menemukan 'senjata ajaibnya'ini semua dengan jelas menunjukkan kegagalan total misi." tambahnya.
Pernyataan Borisov menunjukkan bahwa Rusia telah membuat kemajuan signifikan dengan senjata laser, tren yang cukup menarik bagi kekuatan nuklir lain seperti Amerika Serikat dan China.
Menggunakan laser untuk membutakan satelit pernah menjadi fantasi dari dunia fiksi ilmiah, tetapi Amerika Serikat, China, dan Rusia telah mengerjakan varian senjata semacam itu selama bertahun-tahun.
Selain manfaat membakar drone, sistem pengintaian yang menyilaukan memiliki dampak strategis juga karena satelit digunakan untuk memantau rudal balistik antarbenua yang membawa senjata nuklir.