Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat menyebut Afrika sebagai korban jaminan dari konflik Rusia dan Ukraina.
Hal itu dikarenakan perang telah melemahkan kemampuan Afrika untuk memenuhi janji dan potensi besar yang dimiliki benua tersebut.
Hal tersebut Mahamat sampaikan dalam pesannya di Hari Afrika yang jatuh setiap tanggal 25 Mei, sekaligus peringatan berdirinya Organisasi Persatuan Afrika (OAU) pada 25 Meri 1963.
Baca juga: Menlu RI Bahas Dampak Perang Ukraina dengan IFRC di Bali
“Afrika telah menjadi korban tambahan dari konflik jarak jauh, antara Rusia dan Ukraina. Dengan sangat mengganggu keseimbangan geopolitik dan geostrategis global yang rapuh, hal itu juga memberikan sorotan tajam pada kerapuhan struktural ekonomi kita,” ujar Moussa Faki Mahamat, yang dikutip dari Aljazeera.
Mahamat juga menyoroti kenaikan harga pangan dan kekurangan pasokan produk pertanian, yang diperparah oleh konflik di Ukraina.
“Tanda paling simbolik dari kerentanan ini adalah krisis pangan setelah gangguan iklim, krisis kesehatan COVID-19, yang diperkuat hari ini oleh konflik di Ukraina. Krisis ini ditandai dengan menyusutnya pasokan produk pertanian dunia dan melonjaknya inflasi harga pangan,” tambahnya.
Afrika yang diperkirakan memiliki populasi sebesar 1,3 miliar penduduk, telah berjuang melawan kemiskinan ekstrem yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Dan saat ini, kenaikan harga pangan yang disebabkan oleh gangguan pasokan pangan akibat perang di Ukraina telah mengguncang benua tersebut.
Baca juga: Bank Dunia: Perang di Ukraina Dapat Memicu Resesi Global
Rusia dan Ukraina diketahui menghasilkan sekitar sepertiga gandum global, serta dua pertiga ekspor minyak bunga matahari dunia.
Konflik yang terjadi di antara dua negara tersebut, telah merusak infrastruktur maritim dan pertanian Ukraina, dan dikhawatirkan dapat membatasai produksi pertanian Ukraina selama bertahun-tahun.
Dalam pesannya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan perang di Ukraina dapat memperburuk perekonomian di negara-negara berkembang, terutama di Afrika.
“Perang di Ukraina menciptakan badai yang sempurna bagi negara-negara berkembang, terutama di Afrika. Krisis ini mengakibatkan melonjaknya biaya untuk makanan, energi dan pupuk dengan konsekuensi yang menghancurkan pada nutrisi dan sistem pangan, sementara membuat benua semakin sulit untuk memobilisasi sumber daya keuangan yang dibutuhkan untuk berinvestasi pada rakyatnya,” ujar Guterres dalam pesannya.
Namun Guterres memuji janji dan potensi besar yang dimiliki Afrika, seperti inisiatif Kawasan Perdagangan Bebas Benua Afrika dan visi masa depan benua tersebut untuk tahun 2023 mendatang.
“Prospek di cakrawala cerah dari populasi pemuda Afrika yang tumbuh dan bersemangat, hingga inisiatif seperti Kawasan Perdagangan Bebas Benua Afrika, Dekade Inklusi Keuangan dan Ekonomi Perempuan, dan visi berani Uni Afrika untuk masa depan, Agenda 2063," tambahnya.