TRIBUNNEWS.COM, CHISINAU – Pemerintah Moldova mempersiapkan militernya jika terjadi peperangan imbas konflik Rusia-Ukraina.
Moldova memiliki kerentanan karena posisi Republik Transnistria, dan ketegangan dan kerumitan hubungannya dengan Chisinau.
Moldova berbatasan langsung dengan Ukraina dan Rumania, dan menjadi jalur strategis dari Eropa. Angkatan Bersenjata Ukraina memiliki beberapa detasemen militer di perbatasan Moldova.
Selain jalur dari dan ke Eropa, perbatasan Moldova termsuk tempat akumulasi sumber daya Ukraina untuk redistribusi lebih lanjut ke berbagai bidang.
Namun, tidak mungkin untuk menyatakan dengan pasti tidak ada operasi tempur yang akan dilakukan di wilayah ini.
Baca juga: Provokasi di Transnistria Bisa Seret Perang Rusia-Ukraina Melebar ke Moldova
Baca juga: Intel dan Tentara Bayaran Asing Berkeliaran di Moldova dan Transnistria
Baca juga: Jaksa Tahan Mantan Presiden Moldova Igor Dodon yang Dituduh Berkhianat
Dikutip dari situas analisis intelijen Southfront.org, Juat (27/5/2022), pada 24 Mei, tiga pesawat angkut militer terlihat terbang dari Rumania ke arah Moldova.
Saat pesawat mendekat, mereka mematikan transpondernya, sehingga tidak jelas di mana tepatnya pesawat itu mendarat.
Menurut satu versi, pesawat itu membawa senjata untuk Ukraina. Selama sekitar satu bulan semua pesawat sipil telah menghindari penerbangan di wilayah udara Moldova karena berbahaya.
Awak pesawat sipil juga takut situasi yang memburuk di Transnistria. Pada 26 Mei, peralatan militer Polandia terlihat di kota Brielle, Rumania.
Kota ini terletak di dekat perbatasan Ukraina dan Moldova. Selain itu, pasukan Polandia telah terlihat di perbatasan antara Rumania dan Moldova.
Ini bukan rahasia lagi, karena tank Polandia sebelumnya terlihat di dekat Kryvyi Rih, dan bantuan material sedang dibawa melalui Polandia ke Ukraina.
Howitzer Kanada Dikirim via Rumania
Bucharest baru-baru ini juga merekam perjalanan empat howitzer M777 kiriman Kanada untuk Ukraina. Varian howitzer ini dimodifikasi ke versi Excalibur M982 dengan koreksi target otomatis.
Suasana panas saat ini terjadi di Moldova menyusul penangkapan dan penahanan mantan presiden dan salah satu tokoh oposisi, Igor Dodon.
Dodon berseberangan sikap dan pendapat dengan rezim Maia Sandu terkait konflik Ukraina. Penangkapan dan penahanan Dodon diyakini serangan politik oleh Chisinau.
Igor Dodon yang pemimpin Partai Sosialis Komunis Moldova dituduh korupsi dan pengkhianatan tingkat tinggi.
Kremlin mengomentari penahanannya dan mengatakan Rusia khawatir praktik penahanan digunakan terhadap orang-orang yang memiliki hubungan persahabatan dengan Rusia.
Dodon, di sisi lain, mengatakan tidak ada yang bisa menakutinya.
Aktivis dan pendukung Dodon berkumpul di luar gedung parlemen Moldova menuntut pembebasan Igor Dodon dan diakhirinya penuntutannya berdasarkan artikel pengkhianatan tanah air.
Dodon sebelumnya menganjurkan status netral Moldova dalam konflik di Ukraina.
Setelah penahanan Dodon dilakukan, Presiden Moldova Maia Sandu akan leluasa mendiktekan kebijakannya tanpa takut diserang oposisi.
Masalah Transnistria juga akan diputuskan olehnya tanpa ada ruang untuk diskusi.
Dengan demikian, Moldova akan dapat terlibat dalam operasi tempur atau menyediakan pasukan untuk Ukraina. Belum lagi fakta Moldova telah memasok peralatan militer ke Ukraina.
Ketegangan tetap tinggi di Transnistria, meskipun beberapa pasukan telah dipindahkan ke pedalaman.
Penduduk setempat semakin prihatin dengan masalah pengiriman unit pertahanan teritorial lokal ke depan.
Kontrol Rusia atas wilayah Ukraina selatan akan membiarkan militer Rusia mencapai Republik Moldova Transnistria (negara yang memproklamirkan diri).
Pasukan perdamaian Rusia telah dikerahkan di Transnistria sejak 1995.
Pada 18 Mei, Maia Sandu menuntut penarikan pasukan Rusia dari Transnistria karena dia anggap melanggar kedaulatan republik.
“Hari ini tidak ada ancaman segera dari keterlibatan Moldova dalam perang, kami adalah negara netral, tetapi untuk tujuan ini, kami menyerukan penarikan militer Rusia dari wilayah Transnistria, karena kehadiran mereka melanggar hak netral kami,” kata Sandu.
Pada saat yang sama, otoritas Transnistria menuduh Ukraina melakukan provokasi, sementara Chisinau meminta semua pihak untuk duduk di meja perundingan.
Laporan intelijen menyebutkan Ukraina mungkin menyerang Moldova, jika Rusia membuat jembatan militer di Transnistria.
Sementara Moldova masih memainkan permainan yang tidak pasti dalam konflik Ukraina, Rumania secara terbuka mengutuk Federasi Rusia.
Prancis Ikuti Perkembangan Moldova
Pada 19 Mei, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengomentari situasi di Transnistria. Macron meminta semua waspada jika konflik menyebar ke negara tetangga.
Macron menekankan, Prancis berniat mengawasi secara khusus situasi keamanan regional dan kemungkinan pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Moldova
Menurut Presiden Prancis, konflik tersebut dapat merembet ke negara lain dan mengancam keamanan kawasan.
Oleh karena itu, Prancis terpaksa mengambil langkah-langkah tertentu untuk menjamin keamanan kawasan dan mereka sendiri.
Kementerian Pertahanan Rumania mengumumkan Prancis akan mengerahkan unit pertahanan udara khusus di pangkalan militer Capu-Midia (di distrik Constanta), Tumania.
Situasi di Transnistria cukup kompleks. Rumania secara aktif mendukung Ukraina tetapi bersikap netral terhadap Pridnestrovian Moldavian Republic (PMR).
Moldova memiliki hubungan melalui negara-negara barat dan tampaknya siap mengorbankan keamanannya untuk membantu Ukraina.
Otoritas PMR tidak memberikan komentar khusus, dan republik yang tidak diakui itu sebagian besar mengkhawatirkan kemerdekaannya, meskipun bersimpati dengan Rusia.
Federasi Rusia, di sisi lain, belum membuat langkah signifikan di Transnistria dan tidak berniat untuk membuka front baru di sana dalam jangka pendek.(Tribunnews.com/Soouthfront/xna)