News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Warga Shanghai Rayakan Pencabutan Aturan Lockdown: Drama Konyol Telah Berakhir

Penulis: Rica Agustina
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi dan pekerja di Shanghai pada 14 Maret 2022 - Shanghai, kota terbesar di China, merayakan pencabutan aturan penguncian (lockdown) seluruh kota yang berlaku selama dua bulan.

TRIBUNNEWS.COM - Shanghai mulai kembali normal ketika pemerintah mencabut aturan penguncian (lockdown) seluruh kota.

Kota terbesar di China itu merayakan hari Rabu (1/6/2022) dengan 'ledakan' kehidupan yang telah lama ditunggu-tunggu.

Gedung pencakar langit menyala, jalan dipenuhi kendaraan, dan orang-orang minum dan menari di jalanan saat kembang api meledak di atas kepala.

Bagi Henry Shi, seorang fotografer berusia 30 tahun yang keluar dari kompleks perumahannya pada Selasa sore, hal pertama yang mengejutkannya adalah kebisingan sekitar kota.

"Kota (sebelumnya) menjadi sangat sunyi karena semua orang tinggal di rumah," kata Henry Shi seperti dikutip CNN.

Baca juga: Gubernur Tokyo Jepang Mengajukan Anggaran Tambahan 428,3 miliar Yen, 80 % Antisipasi Corona

Baca juga: 100.000 Pejabat di China Hadiri Pertemuan Darurat Pemulihan Ekonomi yang Terdampak Covid-19

"Sekarang, suara-suara itu kembali, dari mobil yang menderu di jalanan dan orang-orang yang sibuk, rasanya seperti saya terbangun dari tidur panjang," lanjutnya.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan suasana saat tengah malam mendekat di Shanghai.

Pengendara mobil membunyikan klakson, pejalan kaki bernyanyi dalam perayaan, dan pagar yang sebelumnya digunakan untuk membatasi penduduk ditarik dari gerbang dan jalan.

Pada Rabu pagi, sebagian besar dari 25 juta penduduk kota bebas meninggalkan kompleks perumahan mereka, toko-toko dan gedung perkantoran dapat dibuka kembali, mobil kembali ke jalanan, dan kereta bawah tanah dan bus melanjutkan layanan.

Tetapi bagi sebagian orang, ada rasa pahit, kesedihan, dan kemarahan yang tersisa setelah mengalami penderitaan dan rasa sakit karena penegakan kebijakan nol-Covid pemerintah yang ketat.

Lockdown yang kacau menyebabkan kekurangan makanan yang meluas dan menunda perawatan medis untuk pasien darurat.

Anak-anak kecil dipisahkan dari orang tua mereka di karantina.

Penduduk, termasuk orang tua, dipaksa masuk ke fasilitas isolasi darurat sederhana dan diminta menyerahkan kunci mereka agar rumah mereka didesinfeksi.

Tindakan kejam itu memicu gelombang demi gelombang protes, mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah Shanghai.

"Drama konyol telah berakhir dan tidak ada yang maju untuk menjelaskan, tidak ada yang meminta maaf atas kehidupan yang dihina, dilukai, dan hilang, dan tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban," tulis seorang warga Shanghai dalam unggahan yang dibagikan secara luas di WeChat.

Pekerja melepas alat pelindung mereka di sebelah pintu masuk lingkungan selama tahap kedua penguncian pandemi di distrik Jing'an di Shanghai pada 5 April 2022. (Hector RETAMAL / AFP)

"Udang karang kembali, bir kembali, tetapi rasa aman hilang," kata unggahan itu, yang kemudian disensor.

Seperti diketahui, pembatasan tersebut menjungkirbalikkan bisnis di hampir setiap sektor dan membuat ekonomi kota terhenti.

Banyak bisnis terpaksa menangguhkan produksi sementara, beberapa bisnis bahkan mungkin tidak pulih.

Sementara lockdown sebagian besar telah dicabut, beberapa pembatasan Covid-19 tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Beberapa tempat umum dan transportasi masih memerlukan tes Covid-19 negatif yang diambil dalam waktu 72 jam, dan antrean panjang terbentuk di lokasi tes di luar kompleks perumahan sepanjang Rabu.

Pemerintah China telah mengangkat Wuhan sebagai kisah sukses dalam penanganan pandemi, dengan media pemerintah merayakan lockdown-nya sebagai kemenangan "heroik" atas virus tersebut.

Di Shanghai, narasi resmi jauh lebih tenang.

Para pejabat bahkan menolak untuk mengakui lockdown pernah diberlakukan, alih-alih menyebutnya "mode manajemen statis."

Dalam sebuah instruksi yang diedarkan secara luas secara online pada hari Selasa, otoritas Shanghai memerintahkan organisasi media untuk menghindari penggunaan frasa "mencabut lockdown".

"Situasi di Shanghai berbeda dari Wuhan karena (kami) tidak pernah mengumumkan 'lockdown', jadi tidak ada 'pencabutan penguncian' untuk dibicarakan," kata pemberitahuan itu.

Baca juga: Shanghai Umumkan Siap Kembali ke Kehidupan Normal Mulai 1 Juni

Baca juga: Gigafactory Shanghai Langsung Ngegas Ekspor Mobil Tesla Pasca Lockdown Covid-19

"Manajemen statis seluruh area Shanghai hanya menekan tombol jeda, di mana fungsi inti kota masih berjalan."

Pada hari Rabu, media pemerintah menghindari semua penyebutan kata lockdown.

Di Weibo, tagar seperti "Shanghai kembali" dan "Lama tidak bertemu Shanghai" yang dibuat oleh media pemerintah menarik ratusan juta tampilan, tetapi tidak satupun dari mereka yang masuk ke dalam 10 topik trending teratas.

Baca juga artikel lain terkait Virus Corona

(Tribunnews.com/Rica Agustina)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini