TRIBUNNEWS.COM - Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) menerbangkan 20 jet tempur di atas laut barat Korea Selatan pada Selasa (7/6/2022), AP News melaporkan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan demonstrasi udara melibatkan 16 pesawat Korea Selatan, termasuk pesawat tempur siluman F-35A, dan empat jet tempur F-16 AS.
Tujuan dari penerbangan itu adalah untuk menunjukkan kemampuan militer Korea Selatan dan AS dalam merespons provokasi Korea Utara dengan cepat.
Seperti diketahui, Korea Utara pada hari Minggu meluncurkan delapan rudal dari beberapa lokasi di tempat yang kemungkinan merupakan yang terbesar.
Sehari setelah uji coba tersebut, Korea Selatan dan AS meluncurkan rudal surface-to-surface dengan jumlah yang sama untuk menandingi rudal Pyongyang.
Baca juga: Ini Ancaman Amerika Serikat Jika Korea Utara Berani Uji Coba Nuklir
Baca juga: Balas Korea Utara, AS dan Korea Selatan Tembakkan 8 Rudal Balistik
Korea Utara mungkin akan segera meningkatkan kekuatannya karena pejabat Korea Selatan dan AS mengatakan negara itu tampaknya siap untuk melakukan ledakan lagi di tempat uji coba nuklirnya di kota timur laut Punggye-ri.
Bepergian ke Seoul untuk membahas kebuntuan dengan Korea Selatan dan Jepang, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman memperingatkan perlunya tanggapan cepat dan kuat jika Korea Utara melakukan uji coba nuklir lagi.
Sementara pemerintahan Joe Biden telah berjanji untuk mendorong sanksi internasional tambahan jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklir.
"Setiap uji coba nuklir akan sepenuhnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Akan ada tanggapan cepat dan kuat untuk tes semacam itu," kata Sherman, setelah pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun-dong.
"Kami terus mendesak Pyongyang untuk menghentikan aktivitas destabilisasi dan provokatifnya dan memilih jalur diplomasi," lanjutnya.
Sherman dan Cho merencanakan pertemuan trilateral dengan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Mori Takeo pada hari Rabu mengenai masalah uji coba nuklir Korea Utara.
Tindakan hukuman pemerintah Biden atas uji coba senjata Korea Utara dalam beberapa bulan terakhir terbatas pada sanksi sepihak simbolis.
Rusia dan China memveto resolusi yang didukung AS yang akan memberlakukan sanksi tambahan terhadap Korea Utara atas uji coba rudal balistik sebelumnya pada 25 Mei.
"Kami telah meminta anggota masyarakat internasional, tentu saja anggota tetap lima Dewan Keamanan PBB, untuk menjadi pemangku kepentingan yang bertanggung jawab di Dewan Keamanan PBB sebagai forum unggulan untuk mengatasi ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional," kata Price.
"Tindakan sepihak tidak akan pernah menjadi respons yang paling menarik atau bahkan paling efektif, dan itu terutama terjadi karena kami bersyukur bahwa kami memiliki sekutu dekat dalam bentuk Jepang dan ROK (Korea Selatan)," katanya.
Baca juga: Di Tengah Kritik, Korea Utara Terpilih sebagai Pemimpin Perlucutan Senjata PBB
Baca juga: Korea Utara Cabut Hampir Semua Pembatasan Covid-19, Apakah Virus Sudah Terkendali?
Peluncuran rudal Korea Utara pada hari Minggu memperpanjang rentetan provokatif dalam uji coba senjata tahun ini yang juga termasuk demonstrasi ICBM pertama negara itu sejak 2017.
Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2011, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mempercepat pengembangan senjatanya meskipun sumber dayanya terbatas.
Peluncuran rudal pada hari Minggu dilakukan setelah kapal induk AS Ronald Reagan mengakhiri latihan angkatan laut tiga hari dengan Korea Selatan di Laut Filipina pada hari Sabtu.
Korea Utara telah lama mengutuk latihan militer gabungan Korea Selatan dan AS sebagai latihan invasi.
Korea Utara merespons latihan tersebut dengan latihan rudalnya sendiri, termasuk peluncuran jarak pendek pada 2016 dan 2017 yang mensimulasikan serangan nuklir di pelabuhan Korea Selatan dan fasilitas militer AS di Jepang.
Pembicaraan nuklir antara Washington dan Pyongyang telah terhenti sejak 2019 karena ketidaksepakatan dalam pertukaran pelepasan sanksi yang melumpuhkan pimpinan AS untuk langkah-langkah perlucutan senjata Korea Utara.
Kim sejak itu meningkatkan aktivitas uji cobanya meskipun ada masalah ekonomi yang meningkat dan tidak menunjukkan kesediaan untuk sepenuhnya menyerahkan persenjataan yang dilihatnya sebagai jaminan terkuatnya untuk bertahan hidup.
Pemerintahnya sejauh ini menolak tawaran pemerintah Biden untuk pembicaraan terbuka dan jelas bermaksud mengubah negosiasi denuklirisasi yang tidak aktif menjadi proses pengurangan senjata bersama, kata para ahli.
Tekanan terhadap Kim tidak terpengaruh oleh wabah Covid-19 yang menyebar ke 26 juta penduduknya yang sebagian besar tidak divaksinasi di tengah kurangnya alat kesehatan masyarakat.
Korea Utara sejauh ini menolak tawaran bantuan dari AS dan Korea Selatan, tetapi ada indikasi bahwa mereka menerima setidaknya beberapa pasokan vaksin dari China.
Aktivis Korea Selatan Park Sang-hak, seorang pembelot Korea Utara yang selama bertahun-tahun telah meluncurkan selebaran propaganda anti-Pyongyang dengan balon melintasi perbatasan, mengatakan kelompoknya pada hari Selasa menerbangkan 20 balon yang membawa obat-obatan, masker, dan pil vitamin untuk membantu warga sipil Korea Utara.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)