Penerimaan kasus DBD di unit gawat darurat rumah sakit meningkat karena lonjakan baru-baru ini, kata juru bicara itu, tetapi tetap pada tingkat yang dapat dikelola.
Para ahli medis dan dokter seperti Clarence Yeo Sze Kin mengatakan ada kemungkinan tahun ini dapat mencatat rekor jumlah kasus DBD.
"Dengue adalah penyakit musiman dan begitu menjadi panas dan kering, saya biasanya mulai melihat lebih banyak pasien datang," katanya.
Yeo yang menjalankan sebuah klinik di pusat kota Singapura, telah melihat peningkatan tajam dalam jumlah pasien dengan penyakit terkait.
"Dengue mungkin endemik tapi tetap bukan penyakit sederhana untuk diobati," tambah Yeo.
Juru bicara kementerian mengatakan sebagian besar kasus demam berdarah tidak memerlukan rawat inap atau perawatan intensif.
"Namun, beberapa individu dapat mengembangkan demam berdarah parah yang dapat mengakibatkan kematian," kata kementerian.
"Kami mengingatkan komunitas medis tentang manajemen klinis yang tepat dari kasus demam berdarah dan untuk mempertahankan kecurigaan klinis tingkat tinggi ketika melihat pasien dengan demam."
DBD menyebabkan gejala seperti flu seperti demam tinggi, sakit kepala parah dan nyeri tubuh.
Dalam kasus ekstrim, pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ dan bahkan kematian dapat terjadi.
Baca juga: Situasi DBD di DKI Jakarta Disebut Masih Terkendali
Baca juga: Singapura Siapkan Program Sertifikasi Khusus untuk Teknisi Mobil Listrik
Pengaruh Perubahan Iklim
Lonjakan demam berdarah Singapura adalah hasil dari berbagai faktor seperti cuaca hangat dan basah baru-baru ini serta jenis virus dominan baru, kata Ruklanthi de Alwis, peneliti senior di Duke-NUS Medical School dan pakar penyakit menular baru.
Tetapi perubahan iklim, katanya, kemungkinan akan memperburuk keadaan.
"Studi pemodelan prediktif masa lalu telah menunjukkan bahwa pemanasan global akibat perubahan iklim pada akhirnya akan memperluas wilayah geografis (di mana nyamuk berkembang biak) serta panjang musim penularan demam berdarah," kata de Alwis.