News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Singapura Darurat Demam Berdarah, Laporkan 11.670 Kasus sejak Awal Tahun

Penulis: Rica Agustina
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gigitan nyamuk aedes aegypti penyebab DBD - Singapura mengatakan sedang menghadapi darurat demam berdarah dengue (DBD). Kasus DBD di negara itu sejak awal 2022 telah melampaui 11.000 kasus sejak awal 2022.

Penerimaan kasus DBD di unit gawat darurat rumah sakit meningkat karena lonjakan baru-baru ini, kata juru bicara itu, tetapi tetap pada tingkat yang dapat dikelola.

Foging (Adi Suhendi/Tribunnews.com)

Para ahli medis dan dokter seperti Clarence Yeo Sze Kin mengatakan ada kemungkinan tahun ini dapat mencatat rekor jumlah kasus DBD.

"Dengue adalah penyakit musiman dan begitu menjadi panas dan kering, saya biasanya mulai melihat lebih banyak pasien datang," katanya.

Yeo yang menjalankan sebuah klinik di pusat kota Singapura, telah melihat peningkatan tajam dalam jumlah pasien dengan penyakit terkait.

"Dengue mungkin endemik tapi tetap bukan penyakit sederhana untuk diobati," tambah Yeo.

Juru bicara kementerian mengatakan sebagian besar kasus demam berdarah tidak memerlukan rawat inap atau perawatan intensif.

"Namun, beberapa individu dapat mengembangkan demam berdarah parah yang dapat mengakibatkan kematian," kata kementerian.

"Kami mengingatkan komunitas medis tentang manajemen klinis yang tepat dari kasus demam berdarah dan untuk mempertahankan kecurigaan klinis tingkat tinggi ketika melihat pasien dengan demam."

DBD menyebabkan gejala seperti flu seperti demam tinggi, sakit kepala parah dan nyeri tubuh.

Dalam kasus ekstrim, pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ dan bahkan kematian dapat terjadi.

Baca juga: Situasi DBD di DKI Jakarta Disebut Masih Terkendali

Baca juga: Singapura Siapkan Program Sertifikasi Khusus untuk Teknisi Mobil Listrik

Pengaruh Perubahan Iklim

Lonjakan demam berdarah Singapura adalah hasil dari berbagai faktor seperti cuaca hangat dan basah baru-baru ini serta jenis virus dominan baru, kata Ruklanthi de Alwis, peneliti senior di Duke-NUS Medical School dan pakar penyakit menular baru.

Tetapi perubahan iklim, katanya, kemungkinan akan memperburuk keadaan.

"Studi pemodelan prediktif masa lalu telah menunjukkan bahwa pemanasan global akibat perubahan iklim pada akhirnya akan memperluas wilayah geografis (di mana nyamuk berkembang biak) serta panjang musim penularan demam berdarah," kata de Alwis.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini