Senin malam, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan pertempuran untuk Donbas timur akan dianggap sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah Eropa. Wilayah tersebut, yang terdiri dari provinsi Luhansk dan Donetsk, diklaim oleh separatis Rusia.
“Bagi kami, harga pertempuran ini sangat tinggi. Itu hanya menakutkan," katanya.
“Kami menarik perhatian mitra kami setiap hari pada fakta bahwa hanya sejumlah artileri modern yang cukup untuk Ukraina yang akan memastikan keuntungan kami,” tambahnya.
“Kami hanya membutuhkan senjata yang cukup untuk memastikan semua ini. Mitra kami memilikinya,” kata Zelenskyy.
Ukraina membutuhkan 1.000 howitzer, 500 tank, dan 1.000 drone, di antara senjata berat lainnya, kata penasihat presiden Mykhailo Podolyak, Senin.
Baca juga: Zelensky: 2.500 Tahanan dari Pabrik Azovstal Mariupol Ditahan di Donetsk dan Luhansk
Rusia membantah menargetkan warga sipil dalam apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk memulihkan keamanan Rusia dan "mendenazifikasi" tetangganya.
Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih tak berdasar untuk invasi yang telah menewaskan ribuan warga sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Eropa.
Setelah gagal merebut Kyiv setelah invasi 24 Februari, Moskow fokus pada perluasan kendali di Donbas, tempat separatis pro-Rusia telah menguasai wilayah sejak 2014. Rusia juga mencoba merebut lebih banyak pantai Laut Hitam Ukraina.
Tujuan utama Rusia adalah untuk melindungi Donetsk dan Luhansk, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin, setelah pemimpin salah satu wilayah separatis meminta pasukan tambahan dari Moskow.
Moskow mengeluarkan beberapa laporan terbaru yang mengatakan telah menghancurkan senjata dan peralatan AS dan Eropa.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan rudal-rudal berbasis udara presisi tinggi telah menyerang di dekat stasiun kereta api di Udachne barat laut Donetsk, mengenai peralatan yang telah dikirim ke pasukan Ukraina.
Kementerian dalam negeri Ukraina di Telegram mengatakan Udachne telah terkena serangan Rusia pada Minggu malam hingga Senin, tanpa menyebutkan apakah senjata telah menjadi sasaran.
Moskow telah mengkritik Amerika Serikat dan negara-negara lain karena mengirim senjata ke Ukraina dan mengancam akan menyerang target baru jika Barat memasok rudal jarak jauh. (Reuters/Aljazeera/RIA)