"Untuk beberapa derajat itu benar, meskipun keuntungan benar-benar pada hari tertentu diukur dalam blok. Itu bukan terobosan besar dari pertahanan Ukraina," kata Kahl.
"Ukraina tetap menjadi pembela yang kuat. Ada korban yang signifikan, tetapi itu benar di kedua belah pihak."
Pejabat AS dalam beberapa tahun terakhir telah berusaha untuk mengkalibrasi dan menyeimbangkan dua tujuan yang sering bertentangan.
Pertama, mereka menyerukan bahwa Ukraina harus muncul sebagai negara demokratis yang dinamis, persis seperti yang ingin dihancurkan oleh Putin.
Kedua, yakni tujuan Presiden Joe Biden yang sering diulang untuk menghindari konflik langsung dengan Rusia.
Barat Diminta Kirim Senjata
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan negara-negara Barat harus mengirim lebih banyak senjata berat ke Ukraina untuk melawan kemajuan Rusia di wilayah timur.
"Ya, Ukraina harus memiliki lebih banyak senjata berat," kata Stoltenberg pada konferensi pers di Den Haag, setelah bertemu dengan para pemimpin tujuh sekutu NATO Eropa menjelang pertemuan puncak, Selasa (14/6/2022).
Stoltenberg mengatakan NATO sudah meningkatkan pengiriman senjata.
Para pejabat Barat akan bertemu di Brussels pada Rabu (15/6/2022) untuk mengoordinasikan dukungan lebih lanjut termasuk persenjataan berat.
"Karena mereka benar-benar bergantung pada itu untuk dapat melawan invasi brutal Rusia," kata Stoltenberg, dikutip dari Arab News.
Ukraina telah berulang kali memohon senjata berat dari Barat.
Kyiv bahkan mengkritik beberapa pemimpin Eropa karena gagal mengirimkan senjata untuk melawan Rusia.
Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, menyesalkan bahwa Barat "tidak berbuat cukup" untuk mendukung tetangganya, Ukraina.
Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-112, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Paus Fransiskus Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Mungkin Diprovokasi