News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Pentagon: AS Tidak akan Menekan Ukraina untuk Merundingkan Gencatan Senjata

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Artileri berat Rusia Malka 2 dijadikan senjata utama menghancurkan infrantri Ukraina di wilayah Donbass. Howitzer ini menggunakan peluru kaliber 202 mm.

TRIBUNNEWS.COM - Pentagon menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak akan menekan Ukraina untuk merundingkan gencatan senjata, walaupun Rusia membuat kemajuan di timur.

"Kami tidak akan memberi tahu Ukraina bagaimana bernegosiasi, apa yang harus dinegosiasikan, dan kapan harus bernegosiasi," kata Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS, Colin H. Kahl, pada Selasa (14/6/2022).

"Mereka akan menetapkan persyaratan itu untuk diri mereka sendiri," imbuhnya, dikutip dari The Straits Times

Komentar Kahl muncul saat Ukraina hampir kehilangan wilayahnya di Donbas karena serangan Rusia.

Bentrok antara kedua militer pecah di jalanan Kota Sievierodonetsk, dan kesempatan Rusia mengklaim kota itu makin besar.

Baca juga: Rusia Minta Pejuang Ukraina Menyerah di Severodonetsk: Hentikan Perlawanan Tak Masuk Akal

Baca juga: Rusia Larang 29 Jurnalis Inggris Memasuki Moskow, Balasan atas Sanksi Barat

Seorang prajurit Rusia berpatroli di sebelah monumen ahli metalurgi dengan bendera Rusia di atasnya, di pintu masuk Mariupol pada 12 Juni 2022, di tengah aksi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina. (Yuri KADOBNOV / AFP)

Pasukan Rusia dan kelompok separatis mengendalikan sekitar 80 hingga 90 persen wilayah Donbas, menurut pejabat Ukraina.

Pencapaian ini akan memberikan pengaruh potensial bagi Kremlin dalam negosiasi.

"Peran kami adalah untuk membantu mereka memastikan bahwa mereka dapat mempertahankan diri dari serangan Rusia," kata Kahl dalam konferensi keamanan di Washington yang diselenggarakan oleh Center for New American Security.

"Dan mereka telah melakukan pekerjaan yang sangat berani dalam hal itu, dan untuk memperkuat tangan mereka setiap kali negosiasi terjadi," ujarnya.

Terlepas dari dukungan kuat, tampaknya terjadi perbedaan pendapat di antara negara-negara pro-Ukraina.

Para pemimpin di Eropa Tengah dan Timur, dengan sejarah panjang dominasi Soviet, memiliki pandangan yang kuat tentang perlunya menjinakkan Rusia bahkan menolak gagasan untuk berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tetapi Prancis, Italia, dan Jerman, di antara negara-negara terbesar dan terkaya di benua itu, cemas akan perang yang panjang hingga berujung kebuntuan.

Mereka juga khawatir tentang kemungkinan kerusakan ekonominya sendiri, karena negara-negara di Eropa bergulat dengan kenaikan inflasi dan harga gas.

Sehari sebelum 40 sekutu Barat dijadwalkan bertemu di Brussel untuk membahas permintaan Ukraina terkait senjata canggih pada Rabu ini, Kahl mengecilkan potensi Rusia di Luhansk.

"Untuk beberapa derajat itu benar, meskipun keuntungan benar-benar pada hari tertentu diukur dalam blok. Itu bukan terobosan besar dari pertahanan Ukraina," kata Kahl.

"Ukraina tetap menjadi pembela yang kuat. Ada korban yang signifikan, tetapi itu benar di kedua belah pihak."

Seorang gadis mengendarai skuter melewati bangunan tempat tinggal yang hancur di desa Horenka, wilayah Kyiv, pada 4 Juni 2022 di tengah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Sergei CHUZAVKOV / AFP) (AFP/SERGEI CHUZAVKOV)

Pejabat AS dalam beberapa tahun terakhir telah berusaha untuk mengkalibrasi dan menyeimbangkan dua tujuan yang sering bertentangan.

Pertama, mereka menyerukan bahwa Ukraina harus muncul sebagai negara demokratis yang dinamis, persis seperti yang ingin dihancurkan oleh Putin.

Kedua, yakni tujuan Presiden Joe Biden yang sering diulang untuk menghindari konflik langsung dengan Rusia.

Barat Diminta Kirim Senjata

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan negara-negara Barat harus mengirim lebih banyak senjata berat ke Ukraina untuk melawan kemajuan Rusia di wilayah timur.

"Ya, Ukraina harus memiliki lebih banyak senjata berat," kata Stoltenberg pada konferensi pers di Den Haag, setelah bertemu dengan para pemimpin tujuh sekutu NATO Eropa menjelang pertemuan puncak, Selasa (14/6/2022).

Stoltenberg mengatakan NATO sudah meningkatkan pengiriman senjata.

Para pejabat Barat akan bertemu di Brussels pada Rabu (15/6/2022) untuk mengoordinasikan dukungan lebih lanjut termasuk persenjataan berat.

"Karena mereka benar-benar bergantung pada itu untuk dapat melawan invasi brutal Rusia," kata Stoltenberg, dikutip dari Arab News

Ukraina telah berulang kali memohon senjata berat dari Barat.

Kyiv bahkan mengkritik beberapa pemimpin Eropa karena gagal mengirimkan senjata untuk melawan Rusia.

Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, menyesalkan bahwa Barat "tidak berbuat cukup" untuk mendukung tetangganya, Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berpose dengan dokumen pendaftaran yang diserahkan oleh Duta Besar Finlandia untuk NATO Klaus Korhonen dan Duta Besar Swedia untuk NATO Axel Wernhoff selama upacara untuk menandai permohonan Swedia dan Finlandia untuk keanggotaan di Brussels, pada 18 Mei 2022. Finlandia dan Swedia menyerahkan permohonan untuk keanggotaan NATO pada 18 Mei 2022 dan konsultasi sedang berlangsung antara Sekutu untuk mengangkat penentangan Turki terhadap integrasi kedua negara Nordik ke dalam Aliansi. (JOHANNA GERON / POOL / AFP)

Baca juga: UPDATE Serangan Rusia ke Ukraina Hari ke-112, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi

Baca juga: Paus Fransiskus Sebut Invasi Rusia ke Ukraina Mungkin Diprovokasi

"Kami belum melakukan cukup banyak untuk membela Ukraina, untuk mendukung rakyat Ukraina, untuk mendukung kebebasan dan kedaulatan mereka," katanya pada konferensi pers.

"Dan inilah mengapa saya mendesak Anda, saya meminta Anda untuk berbuat lebih banyak untuk mengirimkan senjata, artileri ke Ukraina. Mereka membutuhkan ini untuk membela negara mereka," imbuhnya.

Negara-negara Barat, kata dia, tidak akan memiliki "kredibilitas" jika Ukraina kalah melawan Rusia.

"Ini akan menjadi kegagalan total dan bencana bagi Uni Eropa, nilai-nilai kami dan NATO," kata Morawiecki.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini