News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rubel Rusia Terus Menguat di Tengah Invasi, Tembus 55,75 Terhadap Dolar AS

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mata uang rubel Rusia. Rubel Rusia Terus Menguat di Tengah Invasi, Tembus 55,75 Terhadap Dolar AS

Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Kebijakan ketat Rusia dalam mengontrol pasar modal selama beberapa bulan terakhir, telah mengantarkan penguatan pada rubel.

Saat ini nilai rubel melonjak sebanyak 1,2 persen terhadap dolar AS pada Senin (20/6/2022).

Kenaikan tersebut lantas mengantarkan rubel melesat di angka 55,75 terhadap dolar, dari sebelumnya rubel hanya berada di posisi 55,44.

Baca juga: Gelontorkan 30 Miliar Rubel, Rusia Pacu Produksi Suku Cadang Mobil Domestik

Berkat kenaikan ini rubel kini melonjak ke level tertinggi hampir tujuh tahun terhadap dolar di Moscow Exchange.

Rubel tak hanya menguat terhadap dolar AS, belakangan posisi rubel juga turut mengungguli euro, Reuters mencatat selama perdagangan Senin kemarin rubel telah naik sekitar 0,6 persen menjadi 58,49 terhadap euro. Kenaikan ini merayap mendekati level terkuatnya dalam lima tahun terakhir.


Selain karena adanya pengetatan kontrol pasar, Menteri Keuangan Anton Siluanov menjelaskan bahwa menguatnya nilai rubel terjadi karena dipengaruhi oleh aturan fiskal yang telah dibuat pemerintah pusat.

Kolaborasi inilah yang kemudian dapat membantu Rusia membangun cadangan rubel dan menstabilkan nilai mata uang ini, dalam melawan serangan sanksi barat.

Baca juga: Rusia Uji Coba Proyek Rubel Digital Pada April 2023 Mendatang


Bahkan Siluanov memprediksi dalam minggu ini rubel akan terus melanjutkan kenaikannya, mengingat pembayaran pajak asing oleh perusahaan besar Rusia kini telah dirubah menggunakan mata uang rubel.

"Eksportir kemungkinan akan mulai meningkatkan penjualan FX mereka minggu ini, karena mereka memiliki sekitar 1 triliun rubel atau sekitar 18,91 miliar dolar AS dari pembayaran pajak dan dividen yang menjulang di akhir bulan," kata SberCIB, Investment Research Rusia.

Hal tersebutlah yang lantas mengantarkan rubel berhasil menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di tengah memanasnya konflik Moscow dengan Kiev. Namun sayang adanya penguatan ini telah memicu kekhawatiran akan dampak negatif pada pendapatan Rusia dari sektor ekspor.

Untuk mencegah terjadinya dampak tersebut, rencananya pemerintah akan menggelar diskusi aktif tentang rubel dalam beberapa hari kedepan. Dengan cara ini Rusia berharap agar posisi ekonomi di negaranya bisa terus stabil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini