Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Para pemimpin G7 meminta bantuan China agar menekan Rusia demi segera menghentikan invasinya di Ukraina.
Dikutip dari Reuters, Rabu (29/6/2022) dalam KTT G7 yang berlangsung di Schloss Elmau dekat Pegunungan Alpen, Bavaria, para pemimpin dari ketujuh negara itu membidik apa yang mereka sebut sebagai kebijakan non-pasar China yang memaksa dan mendistorsi ekonomi global.
Bagian komunike China yang disorot Amerika Serikat, merujuk pada "intervensi yang tidak transparan dan mendistorsi pasar" China dalam bentuk arahan ekonomi serta industri lainnya.
Komunike lebih lanjut menyuarakan kegelisahan tentang situasi di Laut Cina Timur dan Selatan serta upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan paksa atau paksaan.
"Kami menekankan bahwa tidak ada dasar hukum untuk klaim maritim ekspansif China di Laut China Selatan," kata salah satu perwakilan pemimpin G7.
Para pemimpin G7 juga menyoroti situasi hak asasi manusia di China, termasuk kerja paksa di Tibet dan Xinjiang.
Baca juga: China Ledek G7, Bandingkan Populasinya yang Kalah Jauh dengan Kelompok BRICS
“China juga harus menghormati komitmennya untuk menegakkan hak, kebebasan, dan otonomi tingkat tinggi di Hong Kong,” kata mereka.
Baca juga: Dekat dengan Rusia, G7 Minta China Menekan Moskow Hentikan Perang di Ukraina
KTT NATO yang dimulai setelah KTT G7 akan membahas hubungan China yang semakin dalam dengan Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina dan apa yang dilihat sebagai kecenderungan China yang semakin besar untuk melenturkan kekuatan geopolitik di luar negeri.