TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa 'Tirai Besi' baru sedang turun di antara Moskow dan Barat.
Lavrov berujar, hal ini terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
"Sejauh menyangkut Tirai Besi, pada dasarnya itu sudah turun," kata Lavrov kepada wartawan selama konferensi pers di ibukota Belarusia, Minsk, pada Kamis (30/6/2022).
"Prosesnya sudah dimulai," imbuhnya, dikutip dari The Moscow Times.
Lavrov juga mengklaim bahwa hubungan antara Rusia dan Uni Eropa telah berakhir.
"(Uni Eropa) telah menghancurkan hubungan yang telah dibangun selama beberapa dekade antara kami dan UE," kata Menlu Rusia ini.
Baca juga: Gazprom Tolak Bayarkan Dividen pada Pemerintah Rusia, Pertama Kalinya Sejak 1998
Baca juga: 5 FAKTA Pulau Ular yang Berhasil Direbut Kembali Ukraina dari Pasukan Rusia
Namun ia menambahkan bahwa Moskow masih terbuka untuk negosiasi.
Lavrov juga mengatakan bahwa Kremlin sudah tidak mempercayai Barat.
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa mulai sekarang, kami tidak akan mempercayai baik Amerika maupun UE."
"Kami akan melakukan semua yang diperlukan agar tidak bergantung pada mereka di sektor-sektor kritis," kata Lavrov.
Dalam konferensi pers bersama mitranya Vladimir Makei dari Belarusia, Lavrov juga menyinggung KTT NATO di Madrid.
TASS melaporkan, Lavrov mengatakan bahwa KTT NATO di Madrid sekali lagi menunjukkan bahwa negara-negara anggota NATO mengharapkan kepatuhan tanpa syarat atas keinginan mereka dari semua negara.
"Saya percaya bahwa jelas bagi semua orang apa yang mereka harapkan. Mereka tidak menghindar untuk membicarakannya, dan mereka mengatakannya sekali lagi kemarin selama KTT NATO di Madrid."
"Mereka mengharapkan kepatuhan tanpa syarat dari semua negara atas keinginan mereka, yang mencerminkan kepentingan egois mereka - terutama, kepentingan AS," kata Lavrov.
Dia menggarisbawahi bahwa Eropa modern, yang diwakili oleh UE, kehilangan kemerdekaannya atau tanda-tanda kemerdekaan yang dulu dimiliki, dan sepenuhnya tunduk pada AS.
Moskow meluncurkan operasi militer skala penuh di Ukraina pada 24 Februari.
Hal ini memicu sanksi ekonomi dan diplomatik yang berat dari Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa terhadap lembaga-lembaga negara Rusia, perusahaan dan sejumlah pejabat dan pengusaha Rusia.
Serangan Terbaru di Odessa
Di bulan keempat invasi, Rusia meluncurkan rudal yang menghantam sebuah gedung apartemen dan sebuah resor di dekat pelabuhan Laut Hitam di Kota Odessa, Ukraina pada Jumat (1/7/2022).
Serangan ini menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai puluhan lainnya.
Dilansir Reuters, satu rudal menghantam sebuah gedung berlantai sembilan di kota Bilhorod-Dnistrovskyi sekitar pukul 01:00 (2200 GMT Kamis), kata kementerian darurat Ukraina.
Itu juga menyebabkan kebakaran di sebuah gedung toko.
Serhiy Bratchuk, juru bicara pemerintah daerah Odesa, mengatakan kepada televisi pemerintah Ukraina bahwa operasi penyelamatan sedang berlangsung karena beberapa orang terkubur di bawah puing-puing setelah sebagian bangunan runtuh.
Rudal lain menghantam fasilitas resor, kata Bratchuk, menewaskan sedikitnya tiga orang termasuk seorang anak dan melukai satu orang.
Serangan ini terjadi sehari setelah Rusia memutuskan menarik pasukannya dari Pulau Ular sebagai "isyarat niat baik".
Baca juga: Soal Pertukaran Tawanan Perang dengan Ukraina, Rusia: Hal Utama bagi Kami
Baca juga: Rusia Tembakkan Dua Rudal ke Odesa Ukraina, 17 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka
Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa Rusia tidak menghalangi upaya PBB untuk membuka koridor kemanusiaan yang memungkinkan gandum dikirim dari Ukraina.
Di sisi lain, Ukraina mengklaim berhasil mengusir pasukan Rusia dari posnya di Laut Hitam usai melancarkan serangan artileri dan rudal.
"Itu belum menjamin keamanan. Belum menjamin bahwa musuh tidak akan kembali," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato malamnya.
"Tapi ini secara signifikan membatasi tindakan penjajah. Langkah demi langkah, kami akan mendorong mereka kembali dari laut kami, tanah kami dan langit kami," pujinya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)