“Dalam diskusinya mengenai protokol Irlandia Utara, pemerintah Boris Johnson menjadi semakin memusuhi UE dalam beberapa bulan terakhir, berisiko meningkatkan friksi perdagangan dengan UE,” ungkapnya, Kamis, seperti diberitakan The Guardian.
“Selain itu, seiring meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Inggris, kemerdekaan Skotlandia mungkin tampak lebih menarik bagi pemilih Skotlandia," imbuhnya.
Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Awalnya Tak Mau Mundur karena Mandat Kolosal, Lantas Muncul Desakan
Ekonom G7 di Axa Investment Managers, Modupe Adegbembo, juga setuju pound sterling telah diuntungkan dari berkurangnya ketidakpastian politik jangka panjang.
“Kami juga dapat melihat perubahan nyata dalam pendekatan pemerintah terhadap Brexit, dengan RUU protokol Irlandia Utara sekarang kemungkinan akan menghadapi lebih banyak penundaan dan sebagian besar kandidat kemungkinan mendukung pendekatan yang lebih konstruktif, terutama mengecualikan Liz Truss,” kata Adegbembo.
Boris Johnson Mengundurkan Diri
Sebelumnya, Boris Johnson mundur sebagai Perdana Menteri Inggris setelah pemberontakan partai bersejarah atas serangkaian skandal etika yang memaksanya untuk mundur.
Berbicara di depan pintu 10 Downing Street yang terkenal, tempat yang sama di mana banyak pendahulunya menyampaikan pidato pengunduran diri mereka sendiri, Johnson mengumumkan dia akan mengundurkan diri.
"Sekarang jelas keinginan Partai Konservatif parlemen bahwa harus ada pemimpin baru partai itu dan karena itu, perdana menteri baru," ujar Johnson, Kamis, dikutip dari CNN.
Baca juga: Beda Reaksi Mundurnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris: Rusia Senang, Ukraina Sedih
"Proses pemilihan pemimpin baru itu harus dimulai sekarang," tambahnya, seraya mengatakan batas waktu akan diumumkan minggu depan.
Johnson berbicara tentang upayanya untuk tetap sebagai pemimpin dan betapa "menyakitkan" baginya untuk mundur.
Namun, dia tidak menyebutkan skandal yang telah membuktikan kejatuhan politiknya.
"Dalam beberapa hari terakhir, saya telah mencoba untuk meyakinkan rekan-rekan saya bahwa akan eksentrik untuk mengubah pemerintah ketika kami memberikan begitu banyak dan ketika situasi ekonomi sangat sulit di dalam negeri dan internasional," ucap Johnson.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Boris Johnson