Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Partai oposisi Sri Lanka kini sibuk menyusun kabinet baru, usai pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Dengan menggelar pertemuan tertutup pada Minggu (10/7/2022) para pemimpin partai oposisi Sri Lanka mulai membahas transisi kekuasaan yang efektif pada 13 Juli mendatang, untuk mengisi posisi presiden dan perdana menteri yang saat ini tengah mengalami kekosongan jabatan.
Meski terkesan tergesa-gesa, namun langkah ini perlu dilakukan agar Sri Lanka bisa segera mengejar negosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait rencana bailout darurat sebesar 4 miliar dolar AS, guna mengisi cadangan devisa Sri Lanka.
Cadangan devisa Sri Lan ka habis akibat membengkaknya utang luar negeri yang saat ini telah mencapai 51 miliar dolar AS.
Belum diketahui secara pasti siapa yang akan menggantikan posisi Rajapaksa sebagai presiden Sri Lanka, lantaran Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe yang seharusnya maju menggantikan Rajapaksa juga ikut mundur dari posisinya setelah kediamannya yang ada di Kolombo dibakar oleh para demonstran pada Sabtu (9/7/2022) kemarin.
Baca juga: IMF Pantau Perkembangan Sri Lanka, Ajak Pemerintah Bahas Bailout
Meski Wickremesinghe sudah menyatakan mundur dari posisinya, namun mengutip dari Daily Mirror hampir 115 kursi di Parlemen Sri Lanka setuju mengajukan Wickremesinghe sebagai pengganti Gotabaya Rajapaksa.
Bahkan beberapa anggota parlemen juga telah memintanya untuk mengambil alih kepresidenan dan tidak membiarkan krisis ekonomi Sri Lanka mandek di tengah jalan, mengingat saat ini Sri Lanka tengah mengajukan pembicaraan dengan IMF.
Baca juga: Bobol Rumah Presiden Gara-gara Negaranya Bangkrut, Demonstran Sri Lanka Temukan Uang Jutaan Rupee
Jika Wickremesinghe bersedia maju sebagai presiden, pihaknya akan disatukan dengan Dullas Alahapperuma yang merupakan menteri di bawah pimpinan Rajapaksa.
Namun andaikan Wickremesinghe menolak tawaran tersebut maka Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena yang akan maju mengisi bangku kepresidenan Sri Lanka, dengan jangka waktu 30 hari dimulai sejak Rabu mendatang.
Nantinya Mahinda Yapa Abeywardena akan menjabat sebagai presiden sementara sampai Sri Lanka menyelenggarakan pemilu kembali guna untuk menunjuk pengganti presiden resmi.
Selain membahas pemilihan presiden sementara, menurut portal berita Sri Lanka para partai oposisi ini juga membahas pengiriman bahan bakar dan delegasi asing yang diperkirakan tiba di negara itu pada minggu ini.