Masyarakat Sri Lanka menyalahkan Presiden Rajapaksa atas runtuhnya ekonomi.
Selain karena sektor utama yakni pariwisata terdampak pandemi Covid-19, kebijakan Rajapaksa melarang pupuk kimia ternyata merugikan petani.
Baca juga: Bobol Rumah Presiden Gara-gara Negaranya Bangkrut, Demonstran Sri Lanka Temukan Uang Jutaan Rupee
Kebijakan itu pun telah dicabut pemerintah.
Keuangan negara lumpuh karena utang yang menumpuk dan potongan pajak warisan rezim Rajapaksa.
Cadangan devisa dengan cepat habis karena harga minyak naik.
Negara ini bahkan hampir tidak memiliki dolar yang tersisa untuk mengimpor bahan bakar.
Inflasi utama di negara berpenduduk 22 juta ini mencapai 54,6 persen bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa itu bisa naik menjadi 70 persen dalam beberapa bulan mendatang.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)