Drone di Medan Perang
Pasokan drone dari Iran dapat membantu Moskow mengisi kembali sistem senjata utama yang hancur selama perang di Ukraina.
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang secara luas disebut drone, memainkan peran penting untuk menargetkan musuh dengan artileri.
Drone yang dipersenjatai dapat melayang di atas medan perang selama berjam-jam dan meluncurkan rudal yang dapat menghancurkan tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Frederick Kagan, direktur Critical Threats Project di American Enterprise Institute menilai kabar ini mengindikasikan bahwa pasukan yang didukung Rusia kehabisan senjata presisi.
Ukraina pun telah menggunakan UAV, kebanyakan pasokan dari negara-negara NATO salah satunya Turki.
UAV digunakan Ukraina untuk menghancurkan ratusan tank Rusia dan pengangkut personel lapis baja sejak awal invasi.
Dengan sanksi dan isolasi dari Barat, Moskow harus berjuang untuk mengganti senjata strategisnya yang rusak.
Di sisi lain, Ukraina terus mendapat kiriman senjata canggih bernilai miliaran dolar dari AS dan sekutu.
Iran dalam beberapa tahun terakhir muncul sebagai produsen utama pesawat tak berawak.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-139, Berikut Peristiwa yang Terjadi
Baca juga: Zelensky: Korban Tewas dalam Serangan Rusia di Blok Apartemen Chasiv Yar Meningkat Jadi 31 Orang
Salah satu produksinya yang terkenal yakni Shahed-129, yang sangat mirip dengan Predator UAV buatan AS yang digunakan dalam operasi militer dan kontraterorisme di luar negeri.
Beberapa ahli militer percaya Shahed-129 adalah tiruan Predator, rekayasa balik dari pesawat mata-mata AS yang jatuh di Iran beberapa tahun lalu.
Iran dengan bebas berbagi sistem UAV dengan kelompok luar, terutama milisi pro-Iran di Irak, Suriah dan Yaman.
Drone rancangan Iran telah digunakan untuk menyerang pangkalan militer AS dan sekutunya di Timur Tengah, serta sasaran sipil seperti kilang minyak.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)