"Meski IMF sudah ada komitmen melakukan bail out terhadap sebagian utang Srilanka. Namun ketidaksabaran rakyat yang sudah menderita kenaikan harga sejak Januari 2022 membuat komitmen perbaikan ekonomi sia-sia. Ini bisa saja terjadi di Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Parlemen Akan Tunjuk Presiden Baru Sri Lanka di Tengah Krisis Ekonomi
Saat ini, lanjutnya, Sri Lanka tergantung seberapa smooth dan cepat proses transisi politik.
Bila transisi kepemimpinan politik macet maka Sri Lanka akan menanggung resiko yang lebih besar lagi dimasa depan.
"Tidak hanya ekonomi yang suram, masa depan negara Sri Lanka pun memiliki resiko tinggi untuk menjadi negara gagal. Hal ini harus menjadi perhatian Presiden Jokowi agar Indonesia tidak menjadi negara gagal seperti Sri Lanka," tandasnya.