TRIBUNNEWS.COM - Pejabat Rusia dan Ukraina akan mengadakan pembicaraan di Istanbul mengenai biji-bijian, di antaranya gandum, pada Rabu (13/7/2022).
Seperti diketahui, perang Rusia dengan Ukraina telah menghentikan pengiriman biji-bijian dan memicu harga pangan global melambung tinggi.
Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum dan biji-bijian terbesar di dunia, tetapi pengiriman telah diblokir oleh kapal perang Rusia dan ranjau yang telah diletakkan Kyiv di Laut Hitam.
"Membuka blokir pelabuhan Ukraina adalah salah satu komponen kunci dari ketahanan pangan global," kata pembantu presiden Ukraina Andryi Yermak di Telegram.
Turki, yang telah mempelopori upaya untuk melanjutkan perdagangan biji-bijian penting, akan menjadi tuan rumah pembicaraan, yang juga akan dihadiri oleh delegasi PBB.
Pejabat Turki mengatakan mereka memiliki 20 kapal dagang menunggu di Laut Hitam yang dapat dimuat dengan cepat dengan gandum Ukraina.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-140: Korban Tewas di Chasiv Yar Naik Jadi 45 Orang
Sementara itu di lapangan, Ukraina mengatakan telah meluncurkan artileri yang menghancurkan gudang senjata Rusia.
Pasukan Ukraina juga melakukan "operasi khusus" untuk membebaskan tawanan militer di wilayah Kherson yang dikuasai Moskow.
Pejabat militer Ukraina mengatakan serangan pada hari Selasa telah menghancurkan artileri, kendaraan lapis baja dan gudang dengan amunisi di Kota Nova Kakhovka yang diduduki Rusia.
"Para penjajah telah merasakan dengan sangat baik artileri modern dan mereka tidak akan memiliki pertahanan yang aman di mana pun di tanah kami," kata Presiden Volodymyr Zelensky sebagaimana dikutip Channel News Asia.
Pihak berwenang yang didukung Rusia menuduh Ukraina merusak infrastruktur sipil dan menewaskan sedikitnya tujuh orang.
"Gudang-gudang dihantam, begitu juga toko-toko, apotek, pompa bensin, dan bahkan sebuah gereja," kata kepala pemerintahan kota yang didukung Moskow, Vladimir Leontiev, di media sosial.
Intelijen militer Ukraina juga mengatakan pasukannya telah membebaskan lima tawanan dalam "operasi khusus" di Kherson, termasuk seorang prajurit militer dan mantan perwira polisi.
Baca juga: PBB Lakukan Penyelidikan Terkait Tewasnya Warga Sipil di Perang Ukraina
Serangan Balasan