TRIBUNNEWS.COM - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengatakan Yunani dan Arab Saudi akan menandatangani kesepakatan energi terbarukan dan membahas investasi, serta keamanan lainnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Pangeran MBS dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Yunani Kyriakos Mitsotakis di Athena.
Kunjungan MBS ke Yunani pada Selasa (26/7/2022) merupakan yang pertama ke kawasan Uni Eropa (UE) sejak pembunuhan 2018 jurnalis Saudi Jamal Khashoggi .
Dia juga diperkirakan akan mengunjungi Prancis, kantor berita negara SPA melaporkan.
“Kami dapat memberi Yunani dan Eropa Barat Daya melalui Yunani energi terbarukan yang jauh lebih murah dan menandatangani MoU [Memorandum of Understanding] tentang hal itu hari ini,” kata MBS, duduk di samping Mitsotakis.
Dikutip Al Jazeera, MBS, penguasa de facto kerajaan yang kunjungan resmi terakhirnya di luar Timur Tengah adalah ke Jepang pada 2019 untuk KTT G20.
Baca juga: Presiden Joe Biden Tekan Saudi, Pangeran MBS Ingatkan Penyiksaan di Irak
Diperkirakan dalam tur tersebut MBS akan membahas hubungan bilateral dan hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, menurut SPA.
Bangun kabel data
Yunani dan Arab Saudi pada Mei kemarin menyetujui persyaratan utama untuk mendirikan usaha patungan untuk membangun kabel data.
Usaha patungan tersebut disebut "Koridor Data Timur ke Med", yang akan dikembangkan oleh MENA HUB, yang dimiliki oleh STC Arab Saudi dan Yunani, perusahaan telekomunikasi dan aplikasi satelit TTSA.
Sebuah sumber diplomatik Yunani mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kesepakatan tentang kabel bawah laut bersama dengan perjanjian lain di bidang energi dan militer akan ditandatangani.
“Kami akan menandatangani perjanjian penting dan kami akan memiliki kesempatan untuk membahas lebih lanjut perkembangan regional,” kata Mitsotakis.
Kunjungan pemimpin dunia ke Arab Saudi sejak pembunuhan Khasoggi
Mitsotakis termasuk di antara para pemimpin Barat yang telah mengunjungi Riyadh sejak pembunuhan Khashoggi.
Baca juga: Sebut Pangeran MBS Pembunuh, Sosok Ini Minta Justin Bieber Batalkan Manggung di Arab Saudi
Untuk diketahui, Khashoggi adalah seorang warga Amerika Serikat (AS) kelahiran Saudi berusia 59 tahun yang menulis kolom untuk Washington Post yang kritis terhadap MBS dan kebijakannya, serta pemerintah Saudi.
Pembunuhan Khasoggi oleh agen-agen Saudi di Konsulat Kerajaan Istanbul pada Oktober 2018 membawa kecaman internasional terhadap putra mahkota yang kuat, terutama di Barat.
Terseretnya nama MBS dalam kasus tersebut menodai citranya sebagai seorang reformis yang mendorong untuk membuka Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia.
Presiden Prancis Emanuel Macron juga mengunjungi Riyadh tahun lalu.
Baca juga: Arab Saudi: Polisi Prancis Tangkap Orang yang Salah atas Pembunuhan Khashoggi
Invasi picu lonjakan harga energi
Setelah invasi Rusia ke Ukraina memicu lonjakan harga energi awal tahun ini.
Arab Saudi mendapat tekanan dari AS dan kekuatan Eropa untuk memompa lebih banyak minyak.
Kenaikan harga minyak telah menjadi faktor kunci dalam inflasi di AS yang melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun.
Situasi ini memberikan tekanan pada pemerintahan Biden sebelum pemilihan paruh waktu akhir tahun ini.
Tetapi eksportir minyak mentah terbesar dunia telah menolak tekanan untuk membuka keran pasokan.
Pihak terkait mengutip komitmennya terhadap jadwal produksi yang ditentukan oleh blok pengekspor OPEC+ yang dipimpinnya bersama Rusia.
Baca juga: Aston Martin Gandeng Saudi Aramco untuk Kembangkan Teknologi F1
Pada bulan Mei, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud mengatakan kerajaan telah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk pasar minyak.
Berita lain terkait dengan Pangeran MBS
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)